Ribuan umat Muslim melaksanakan salat Idul Adha dengan berselimut kabut asap di Bundaran Air Mancur Masjid Agung SMB II Palembang, Sumatera Selatan, 24 September 2015. Berdasarkan data dari BMKG Jarak pandang di kota Palembang turun hingga 100 meter. ANTARA/Nova Wahyudi
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin tak berani mengatakan bayi berumur 28 hari meninggal karena kabut asap. Menurut dia, hanya dokter yang dapat memastikan penyebab kematian bayi tersebut.
"Saya sangat berhati-hati mengatakan bahwa ia meninggal akibat asap, biar dokter yang jawab," ujar Alex di kantornya, Kamis, 8 Oktober 2015.
Selasa lalu, bayi berusia 28 hari bernama Muhammad Husen Saputra meninggal lantaran mengidap penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Ia meninggal setelah menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah, Palembang.
Menurut Alex, meskipun penderita ISPA di Palembang mencapai 28 ribu orang, harus dilihat betul apakah mereka menderita ISPA karena kabut asap. "Terhitung sejak Januari sampai Agustus, penderita mencapai 26 ribu. Sejak Agustus sampai sekarang 2.000," katanya.
Angka indeks standar pencemaran udara di Palembang, kata dia, juga tak selalu berada pada angka tinggi karena semua bergantung pada angin yang membawa asap. "Pagi bisa sangat tinggi, tapi siang hari bisa normal," tuturnya. "Yang penting jangan ke luar rumah kalau tak perlu dan banyak minum air putih."
Alex mengatakan masker gratis sudah dibagi-bagikan kepada warga. Selain masker, oksigen tabung juga sudah mulai dibagikan, meskipun jumlahnya masih sedikit.
Di Sumatera Selatan, ada dua wilayah yang titik apinya masih terpantau tinggi, yakni Kabupaten Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir. Total titik api di kedua wilayah tersebut hingga kemarin sebanyak 239 titik.