Seorang mahasiswa memegang poster bergambar Salim Kancil saat aksi solidaritas atas terbunuhnya aktivis petani Salim Kancil di Surabaya, 1 Oktober 2015. Aksi yang di ikuti oleh WALHI Jatim, LBH Surabaya, Ecoton dan sejumlah kelompok mahasiswa ini menuntut pemerintah dan kepolisian untuk mengusut tuntas terbunuhnya Salim Kancil. FULLY SYAFI
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan saat ini polisi masih menyelidiki kasus pembunuhan Salim Kancil di Lumajang, Jawa Timur. Polisi baru menemukan keterlibatan Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono.
Namun, menurut Badrodin, tidak menutup kemungkinan ada pelaku lain di balik Hariyono. "Sedang kami kembangkan, apakah di balik kepala desa itu ada yang mensposori atau membiayai," ujar Badrodin, Jumat, 2 Oktober 2015.
Badrodin juga telah memerintahkan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) untuk mengusut dugaan kelalaian yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Lumajang, Jawa Timur. Saat ini penyelidikan masih berjalan diperkirakan akan selesai dalam beberapa hari ini. "Kemungkinan besok (Sabtu) atau pekan depan," katanya.
Kepolisian Resor Lumajang diduga lalai memberikan perlindungan kepada para aktivis penolak penambangan pasir di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Akibatnya sejumlah aktivis dianiaya hingga Salim Kancil tewas dan rekannya, Tosan, terluka parah.
Sebelum penganiayaan terhadap Salim Kancil dan Tosan terjadi, pada 11 September lalu, para aktivis penolak tambang pasir yang dipimpin Tosan dan Salim Kancil mendatangi Kepolisian Resor Lumajang untuk melapor ancaman pembunuhan dan meminta perlindungan. Namun polisi tidak mengindahkannya.