Massa yang tergabung dalam aliansi Sedulur Tunggal Roso melakukan aksi solidaritas terhadap pembunuhan petani penolak tambang pasir Lumajang bernama Salim (52) alias Kancil yang terjadi pada Sabtu 26 September 2015 di depan Gedung DPRD Kota Malang, 28 September 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Malang - Tosan, aktivis penolak tambang pasir Selok Awar-awar, Pasirian, Kabupaten Lumajang, telah siuman setelah tak sadarkan diri setelah menjalani operasi pencernaan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Tosan menempati ruang isolasi yang hanya dijaga istrinya, Ati Hariati. "Tak boleh dijenguk," ujar Ati, Selasa, 29 September 2015.
Demi keselamatan, Ati dilarang menemui orang tak dikenal. Namun tak terlihat polisi yang menjaganya. Mengingat Tosan merupakan saksi korban penganiayaan yang menyebabkan Salim alias Kancil tewas. Sejumlah perawat dan petugas kesehatan terus memantau kesehatannya.
"Lambungnya bocor, dilindas sepeda motor," ujar Ati. Makanan juga dimasukkan melalui slang langsung ke dalam pencernaan. Selain mengalami luka di lambung, Tosan mengalami luka bacok di kepala. Namun Tosan belum bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Sampai sejauh ini, katanya, belum ada pejabat Pemerintah Kabupaten Lumajang yang membesuknya. Ati berharap pelaku penganiayaan ditangkap dan dijatuhi hukuman setimpal. Tapi yang lebih penting, katanya, suaminya kembali sehat seperti sedia kala.
Kini Ati beserta keluarganya harus memikirkan biaya pengobatan Tosan selama di RSSA Malang. Sedangkan sampai saat ini tak ada bantuan dana atau biaya pengobatan dari pemerintah ataupun donasi dari pihak lain. "Biaya sendiri," ujarnya.
Ati sempat menemui Abdul, pemuda tetangga desanya yang tinggal di Malang yang membesuk Tosan. Ati menyampaikan bahwa kondisi Tosan jauh lebih baik setelah dirawat di RSSA Malang. Abdul mengenal Tosan sebagai pegurus Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Pantai Watu Pecak. "Dia vokal, menentang penambangan pasir besi," ujarnya.