TEMPO Interaktif, Jakarta:Fasilitas umum (fasum) milik institusi pemerintah maupun swasta di Kota Solo mengesampingkan keberadaan kaum difabel (penyandang cacat). Dari hasil survey, bangunan yang benar-benar memperhatikan para penyandang cacat tidak lebih dari 5 persen.Menurut Ketua Yayasan Talenta Kota Solo, sebuah yayasan yang bergerak dalam biang advokasi dan pelatihan para difabel, Sapto Nugroho, para penyandang cacat terpinggirkan hampir di semua lini mulai pendidikan, akses pekerjaan hingga sosial kemasyarakatan. "Yang sederhana saja, dari penelitian dan suvey , didapati 95 persen lebih bangunan fasum di Solo tidak aksesibel bagi penyandang cacat. Mereka yang benar-benar memperhatikan kaum difabel bisa hitung jari, tidak lebih dari 5 persen,"ujarnya.Penelitian itu, menurut Sapto, melibatkan Fakultas Teknik Sipil dan Arsitektur Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, yang dinilai mengerti seluk-beluk teknis bangunan. "Selain seluruh elemen organisasi penyandang cacat, Fakultas Teknik UNS kami libatkan. Karena mereka yang mengetahui struktur bangunan yang aksesibel bagi penyandang cacat,"katanya. Karena itu, kaum difabel di Solo mendesak kepada pemerintah untuk memperhatikan aspirasi mereka. Pemerintah Kota Solo yang memiliki kewenangan terhadap pembangunan, diharapkan melakukan tekanan agar fasilitas umum yang dibangun dirancang memenuhi syarat aksesibilitas bagi penyandang cacat. Anas Syahirul