TEMPO Interaktif, Washington:Amerika Serikat sangat mengetahui dan bahkan menyetujui invasi Indonesia ke Timor Timur pada 1975. Demikian informasi yang diungkap dari dokumen rahasia yang dibuka pekan ini, atau 30 tahun setelah kejadian.Dokumen yang diungkap oleh lembaga independen National Security Archive itu menyebutkan bahwa Amerika telah mengetahui rencana masuknya Indonesia ke Timor, setahun sebelum hal itu dilakukan.Setelah mengetahui hal itu, Washington menjalankan "kebijakan diam" dan bahkan menekan pers supaya tidak menurunkan berita tentang Timor Timur, termasuk laporan tentang pembantaian penduduk sipil Timor. Tujuan mereka membungkam pers adalah untuk mencegah Kongres menerapkan embargo peralatan militer ke Indonesia. "Saya minta kalian benar-benar tutup mulut soal itu," kata Henry Kissinger, Penasihat Keamanan Nasional Amerika, saat itu.Pemerintahan Presiden Gerald Ford tahu benar, Indonesia memakai peralatan militer buatan AS untuk masuk ke Timur, dan menurut dokumen itu, penggunaan peralatan militer AS untuk tujuan seperti itu tidak dibenarkan dalam hukum Amerika.Tidak itu saja. Usaha untuk merahasiakan hal itu juga dilakukan oleh Jimmy Carter, presiden yang menggantikan Ford. Pada 1977 Carter menggagalkan usaha pembeberan telegraf yang berisi catatan pertemuan antara Ford, Menteri Luar Negeri Kissinger, dengan Presiden Soeharto. Dalam pertemuan pada Desember 1975 itu, menurut dokumen tersebut, mereka berdua secara eksplisit menyetujui langkah Indonesia melakukan invasi ke Timor Timur. AFP
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
4 hari lalu
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.
Dampak Ahok dan Anies Dekati Trah Soeharto Dinilai Tak Signifikan
17 Maret 2017
Dampak Ahok dan Anies Dekati Trah Soeharto Dinilai Tak Signifikan
Pasangan Anies-Sandi dan Ahok-Djarot mendekati Keluarga Cendana--sebutan bagi keluarga almarhum Presiden RI kedua Soeharto--dianggap tak menguntungkan.