Penggiat Anti Korupsi Daerah Tolak Capim KPK dari Kepolisian

Reporter

Selasa, 1 September 2015 18:52 WIB

Ketua Pansel Pimpinan KPK Destry Damayanti (kedua kanan) bersama anggota Pansel Natalia Subagyo (kiri), Yenti Garnasih (kedua kiri), Supra Wimbarti (kanan) memberikan keterangan pers di sela proses seleksi tahap ketiga calon Pimpinan KPK di Jakarta, 27 Juli 2015. TEMPO/IQBAL ICHSAN

TEMPO.CO, Semarang - Penggiat anti korupsi di daerah menyatakan kekecewaannya terhadap hasil kerja Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, karena meloloskan calon yang berasal dari kepolisian, Basariah Panjaitan.

“Banyak yang sudah tahu track record Basariah seperti apa. Tapi kok tetap lolos 8 besar,” kata Sekretaris Komite Penyelidikan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Syukron, Selasa, 1 Sepember 2015.

Menurut Syukron, selama ini Basariah juga tak pernah terdengar menjadi pendekar pemberantasan korupsi, meski menjadi anggota kepolisian. Bahkan, Basariah secara terang-terangan menolak dengan tegas penyidik independen di KPK. “Dia seperti tak punya misi pemberantasan korupsi,” ujar Syukron.

Syukron khawatir masuknya Basariah justru akan menjadi duri bagi KPK. Selain itu, masuknya Basariah itu menjadi petanda kepolisian ingin tetap mengendalikan KPK. Bila Basariah lolos uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR, justru akan melemahkan KPK dari dalam. Padahal, keberadaan KPK seharusnya dipandang sebagai sinergi, bukan pesaing.

Jika Basariah hebat sebagai pendekar anti korupsi, maka sebaiknya dia diberi peran memberantas korupsi di institusi kepolisian. Sebab, hingga saat ini peran kepolisian dalam memberantas korupsi belum maksimal. “Jangan malah dikirim ke KPK,” ucap Syukron.

Syukron juga menyatakan kekecewaannya terhadap manuver yang dilakukan Bareskrim Mabes Polri, yang terkesan menekan Pansel KPK saat melakukan tugasnya menseleksi calon pimpinan KPK.

Tim Pansel KPK, tadi pagi menyerahkan delapan nama calon pimpinan KPK kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta.

Mereka dibagi dalam empat kategori. Pertama, kategori pencegahan yang terdiri dari Saut situmorang dan Surya Chandra, kategori penindakan yang terdiri dari Alexander Marwata dan Basariah Panjaitan, kategori manajemen, Agus Rahardjo dan Sujanarko, serta kategori supervisi dan pengawasan Johan Budi Sapto Prabowo dan Laode Muhammad Syarif.

EDI FAISOL


Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

1 hari lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

1 hari lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

1 hari lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

1 hari lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

1 hari lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

1 hari lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

1 hari lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

1 hari lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

2 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya