Kisah Sultan: Kisah Keris dan Bisikan Gaib Soal Belanda (3)  

Reporter

Kamis, 20 Agustus 2015 08:37 WIB

Seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) mengikatkan pita ke keris seorang abdi dalem saat melewati pintu pemeriksaan di Gerbang Magangan, kompleks Keraton Yogyakarta, Selasa (22/10). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Jawa kerap kali dikaitkan dengan hal-hal gaib. Tak terkecuali Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang sudah mengenyam pendidikan a la Belanda sejak umur empat tahun.

Bendara Raden Mas Dorodjatun, nama kecil HB IX, pertama kali mengalami hal gaib saat masih menjadi putra mahkota. Saat itu ayahnya, Hamengku Buwono VIII, baru saja mangkat, sementara perundingan dengan Gubernur Lucien Adam yang sudah berlangsung selama empat bulan berjalan alot. Perundingan maraton itu membuat fisik dan mentalnya terkuras.


Baca juga:
Diterima di UGM, Calon Dokter Usia 14 Tahun Minta Kado Aneh
JK Damprat Rizal di Depan Presiden, Jokowi Bela Siapa?


Dalam kondisi seperti itulah, pada suatu senja akhir Februari 1940, Dorodjatun yang sedang berbaring menerima bisikan aneh, yang diyakininya sebagai suara ayahnya. "Tole, tekena wae, Landa bakal lunga saka bumi kene." (Nak, tanda tangani saja, Belanda akan segera pergi dari bumi sini.) Malam harinya, ia pun mendatangi Adam dan menyatakan menerima perundingan yang diajukan Belanda.

Tak lama setelah itu, pada 18 Maret 1940, pengangkatan Dorodjatun sebagai Sultan Hamengku Buwono IX dilakukan. Ia menerima Kiai Ageng Kopek. Keris pusaka utama Keraton berbentuk (dhapur) jalak sangu tumpeng bersarung kayu cendana ini hanya berhak dipakai oleh Sultan Hamengku Buwono.

Sebelumnya ia menerima keris Kiai Jaka Piturun saat diangkat sebagai putra mahkota. Keris dengan dhapur jalak dinding ini bersarung kayu timoho. Menurut Romo Tirun, pini sepuh sekaligus Pengageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, tak sembarang putra raja dapat menerima keris tersebut. Penerima yang dianggap tak tepat akan mati tak lama setelah menerima keris.

Salah satu contohnya adalah saat pengangkatan putera mahkota penerus takhta Hamengku Buwono VII. Pengangkatan harus diulang empat kali karena tiga putra mahkota meninggal tanpa penyebab yang jelas. Sedangkan Dorodjatun tetap hidup sampai sampai diangkat menjadi raja dan mangkat saat berumur 76 tahun.

"Wallahualam apa penyebabnya. Hanya Tuhan yang tahu," kata Romo Tirun.

Tim Tempo


Baca juga:
Kisah Sultan: Saat Bertemu Nyi Kidul pada Bulan Purnama (1)
Kisah Sultan: Saksi Lihat Dia Masuk Laut Pakai Mobil (2)

Advertising
Advertising

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

5 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

12 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

16 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

22 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

27 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

31 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

31 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

51 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

52 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya