Aktivitas pekerja mempersiapkan kelengkapan Upacara Bendera Hari Kemerdekaan di Istana Merdeka. Sejumlah bendera dan pembersihan lingkungan Istana Negara terlihat, untuk menyambut sejumlah tamu negara. Jakarta, 11 Agustus 2015. TEMPO/ Aditia noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Sepasang bocah membacakan puisi Mimpi Anak Indonesia di hadapan Presiden Joko Widodo dalam upacara peringatan 70 tahun kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka, Senin, 17 Agustus 2015. Pembacaan puisi ini merupakan bagian dari upaya Istana menegaskan keberpihakan pemerintah pada pemenuhan hak-hak anak dan pentingnya perlindungan anak.
Berikut ini sepenggal puisi tersebut:
Indonesia sudah merdeka 70 tahun Berbagai kemajuan telah dicapai Saya bangga Namun saya punya mimpi tentang Indonesia di masa mendatang Saya memimpikan Indonesia 10 tahun mendatang tidak ada lagi korupsi Saya ingin tiga tahun mendatang akses Internet bisa di seluruh Indonesia Wi-Fi gratis, sudah gitu cepat lagi
Tapi tahukah Anda, puisi yang dibacakan itu sejatinya sudah diedit Jokowi sebelum dibacakan dalam upacara. Teks tersebut dibaca Jokowi saat geladi bersih di sebuah ruangan di Istana Merdeka. Setelah membaca teks tersebut, Jokowi kemudian mencoret-coret sebagian isinya kemudian memberi saran untuk perbaikan.
"Jangan lama-lama kalau punya cita-cita. Jadi keadaan yang lebih baik dan diimpikan anak-anak bisa dicapai lebih cepat," ujar Menteri Sekretaris Negara Pratikno menirukan ucapan Jokowi kepada anak-anak saat itu.
Di dalam ruangan itu pula, anak-anak kemudian merevisi keinginannya dari harapan yang hendak dicapai 30 tahun lagi menjadi 10 tahun. Pratikno menuturkan anak-anak tersebut membuat keinginannya lebih dekat.
Kemudian terpilihlah dua anak untuk membacakan Mimpi Anak Indonesia di depan Presiden dan semua peserta upacara pada hari kemerdekaan. Mereka adalah Erlangga Abyantara, siswa kelas VII C SMP Labschool, Jakarta Timur, dan Maria Rosana Lintang Christiani, siswi kelas VI B SD Maria Fransiska.