Begini Eksil Tragedi 1965 Rayakan HUT RI ke-70 di Belanda  

Reporter

Senin, 17 Agustus 2015 10:56 WIB

Tim musik keroncong perhimpunan eksil Indonesia di Belanda. TEMPO/Yuke Mayaratih

TEMPO.CO, Amsterdam -Para eksil warga Indonesia merayakan kemerdekaan Indonesia secara meriah setiap 5 tahun. Tahun ini, mereka kembali merayakan kemerdekaan Indonesia dengan meriah. Sekitar 100 warga Indonesia memenuhi gedung De Schakel – Amsterdam. Sebagian besar usia mereka sudah uzur, namun nampak sehat dan bugar.

Mereka pada hari Minggu, 16 Agustus 2015, berkumpul memenuhi undangan Perhimpunan Persaudaraan untuk merayakan kemerdekaan Indonesia ke-70 tahun. Usai acara resmi perayaan kemerdekaan , dilanjutkan dengan acara hiburan. Suasana menjadi cair.

Ada paduan suara, pembacaan puisi Kerawang Bekasi yang dibacakan eksil Sungkono, ada alunan musik keroncong dan tari-tarian tradisional bali dan jaipong. Saat eksil Chalik Hamid membacakan puisi berjudul “Senyum Manis Sang Jenderal, semua orang yang tadinya asyik ngobrol, tiba-tiba terdiam. Puisi itu diambil dari buku “Cerobong besi – antologi puisi seBUMI #2”. Sesekali ada senyuman mengambang di wajah para tamu. Karena puisi yang digambarkan seperti sosok mantan presiden Soeharto dibawakan dengan jenaka dan penghayatan penuh.

Sambil menikmati rangkaian acara, beberapa orang mulai membeli makanan, dan minuman. Panitia menggelar 2 jenis makanan. Lontong sayur dan bakso yang dijual seharga 3 euro dan 3,50 euro. Sementara snack lemper, martabak dan risoles dibanderol 1-1.25 euro. Uang hasil penjualan 10 persen masuk ke kas organisasi perhimpunan persaudaraan.

Menurut Sungkono, acara perayaan seperti ini tidak tiap tahun digelar. Hanya tiap 5 tahun sekali. Karena terkait biaya dan teknis acara dan lain-lain. “Lha, kumpulan ini hanya memungut 2euro per bulan dari tiap anggota yang jumlahnya saat ini hanya tinggal sekitar 70 orang saja. Lainnya sudah banyak yang meninggal dunia. Dan yang masih ada juga sudah sepuh seperti ini. Tempat tinggal kami juga tidak semuanya di Amsterdam. Jadi kami tak bisa tiap tahun merayakan acara peringatan kemerdekaan Indonesia seperti ini," ujar Sungkono.

Namun tiap tahun, ujarnya, para eksil tetap memperingati kemerdekaan, dalam bentuk yang sederhana. Misalnya tidak harus menyewa gedung dan juga membayar transportasi penari dan pemusik, jelas Sungkono.

Untuk menggelar acara seperti ini, paling tidak sebesar 400 euro atau Rp 6,16 juta harus keluar dari kas Perhimpunan persaudaraan. “Selain dari uang kas, ada juga orang di luar anggota yang bersimpati dengan organisasi ini ikut memberikan bantuan, meskipun tidak besar. Makanya kita sediakan kotak sumbangan ( berupa boks yang diberi celah untuk memasukkan uang) di depan pintu masuk," ujar Sungkono.

Seringkali jumlah sumbangan yang diberikan 100-an euro bahkan lebih. Uang inilah yang digunakan untuk acara kumpulan yang kerap diadakan para eksil. Misalnya diskusi dengan narasumber dari Indonesia, acara nonton film bersama dan lainnya.

Acara berlanjut dengan penuh keakraban. Di sela-sela acara menyanyi dan joget bersama diiringi musik, beberapa di antaranya tampak berbincang-bincang santai, tertawa dan penuh guyon.

Lagu Genjer-genjer dibawakan Suranto Pronowardojo dengan iringan organ. Menurut Chalik Hamid, lagu Genjer-genjer itu kan sebenarnya lagu biasa. “Lagu ini sangat terkenal di zaman saya dulu. Hanya kemudian dipolitisir dan dijadikan cap seolah-olah itu adalah lagunya PKI," kata Chalik Hamid.

Chalik adalah salah satu asil yang juga Ketua yayasan Sejarah dan Budaya Indonesia. Buku kumpulan puisinya berjudul “Mawar Merah” diterbitkan tahun 2008 di Bandung.

Acara HUT kemerdekaan Indonesia ke-70 terus berlangsung sampai jam 4 sore waktu Amsterdam.

YUKE MAYARATIH





Advertising
Advertising

Berita terkait

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.

Baca Selengkapnya

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.

Baca Selengkapnya

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.

Baca Selengkapnya

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.

Baca Selengkapnya

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Baca Selengkapnya

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.

Baca Selengkapnya

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.

Baca Selengkapnya

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.

Baca Selengkapnya