Seorang warga menghapus mural bergambar bendera ISIS di tembok makam yang berada di kawasan Tipes, Solo. Mural sejenis ditemukan di beberapa titik di kota ini. TEMPO/Ahmad Rafiq
TEMPO.CO, Banda Aceh - Pengamat Keamanan Aceh, Aryos Nivada, menilai niat sejumlah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah gertakan semata. ”Sudah di luar akal sehat,” kata Aryos, Selasa, 7 Juli 2015.
Hal itu disampaikan Aryos menanggapi komentar Fakhruddin bin Kasem alias Din Robot, mantan Wakil Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak, yang berniat bergabung dengan ISIS bersama sejumlah anggotanya.
Menurut Aryos, bukan hal mudah untuk bergabung ke ISIS. Apalagi dengan bicara terang-terangan ke media. Lagi pula ISIS tidak diterima dunia internasional, termasuk Indonesia sendiri. ”Belum tentu juga mereka (eks kombatan) diterima ISIS,” ujarnya.
”Jangan sampai publik menilai hanya mencari sensasi saja, tanpa action yang jelas dari mereka yang berkeinginan bergabung ke ISIS,” kata Aryos.
Namun sikap dan tindakan dari sebagai eks kombatan yang menentang pemerintah Aceh harus segera direspons dengan program-program pemberdayaan. ”Respons diperlukan untuk meminimalkan sekaligus menghilangkan gejolak dari kelompok eks kombatan,” ujar Aryos.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh Timur berniat bergabung dengan ISIS karena tidak memiliki penghasilan alias gaji “Ketimbang berbuat onar di Aceh, kan lebih baik bergabung dengan ISIS, apalagi mereka menawarkan gaji yang besar,” kata Din Robot di sebuah tempat di pedalaman Aceh Timur, Senin, 6 Juli 2015.
Untuk mewujudkan rencana ini, pihaknya meminta bantuan Tim Pengacara Muslim (TPM) Safaruddin untuk menjembatani dan mengurus segala keperluan administrasi agar dapat bergabung dengan ISIS. “Saya selaku ketua pengacara muslim di sini akan membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh klien saya,” ujar Safaruddin.