TEMPO.CO, Yogyakarta - Belasan mahasiswa dari Ikatan Pelajar Mahasiswa (IKPM) Kabupaten Musi Banyuasin, Yogyakarta, pada Senin pagi, 22 Juni 2015, menggelar aksi demonstrasi mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pasca-tertangkapnya sejumlah pejabat pemerintah dan dewan kabupaten itu terkait dengan dugaan suap pembahasan APBD.
Akhir pekan lalu, KPK mencokok dua anggota DPRD Musi Banyuasin dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan dari Partai Gerakan Indonesia Raya. KPK juga menangkap pejabat Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah setempat.
Aksi para mahasiswa itu dilakukan di depan kompleks asrama mahasiswa putri ‘Randik’ Musi Banyuasin yang terletak di Jalan Melati Wetan Baciro, Yogyakarta. Mahasiswa yang puas dengan kinerja KPK itu juga membongkar segel seng yang masih mengelilingi asrama megah yang tampak tak terawat itu.
Pembangunan asrama putri mahasiswa itu sudah dilakukan sejak awal 2014 tapi sampai saat ini belum juga dibuka dengan alasan menunggu pembangunan tahap kedua. Mahasiswa menerima informasi, pembangunan asrama kedua di Kota Yogyakarta itu menelan anggaran Rp 7 miliar yang dialokasikan bertahap dua tahun anggaran.
“Kami apresiasi kinerja KPK, tapi kami belum puas karena Bupati (Pahri Azhari) belum ditangkap!” ujar Dewan Penasihat IKPM Musi Banyuasin, Yogyakarta, Agus Luki, 25 tahun.
Dalam aksinya itu, mahasiswa pun merangsek masuk ke dalam halaman asrama berlantai dua dengan desain minimalis dan memiliki luas lahan sekitar 500 meter persegi itu. Mereka membawa poster dengan isi seragam yakni tuntutan agar Bupati Pahri ditangkap KPK juga.
Agus menuturkan, terbongkarnya suap pemerintah dan DPRD Musi Banyuasin menjawab kegelisahan mereka akan bobroknya pemerintahan Bupati Pahri Azhari selama dua periode ini.
“Kami sejak tahun 2012 sudah mengirim surat ke KPK untuk mengusut korupsi di bawah pemerintahan bupati itu,” ujar Agus, yang baru saja lulus dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, itu.
Agus menambahkan, proyek pembangunan asrama mahasiswa Musi Banyuasin Sumatera Selatan di Kota Yogyakarta sebenarnya mengusik hati nurani mahasiswa. Karena dua proyek asrama, putra dan putri itu, dinilai terlalu mewah.
“Sama kamar hotel lebih bagus kamar asrama,” ujar Agus. Kemewahan asrama mahasiswa itu misalnya tampak pada proyek asrama yang pertama yakni asrama putra bernama ‘Ranggonan’ di Jalan Tunjung Baciro, Kota Yogyakarta, yang dihuni sekitar 40 mahasiswa. Fasilitasnya ada spring bed, kamar mandi mewah dilengkapi shower, dan ruang yang luas. Jumlah mahasiswa Musi Banyuasin di Kota Yogya sekitar 500-an mahasiswa.
“Lebih baik kami dijamin biaya studinya daripada diberi fasilitas mewah,” ujar Agus.