Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti berkoordinasi dengan sejumlah stafnya di ruanganya, di Mabes Polri, Jakarta, 23 April 2015. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian RI meminta ahli kriminolog dari Universitas Indonesia, Ronny Titibaskara, membantu pengusutan kematian Angeline Margriet Megawe. Kriminolog dilibatkan karena alat pendeteksi kebohongan yang dipakai polisi memiliki banyak kekurangan.
"Kalau orang yang sering berbohong, bisa saja malah mengelabui lie detector," kata Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta Selatan, Rabu, 17 Juni 2015. "Makanya kami kirim ahli untuk membantu menyimpulkan mana keterangan yang benar dan yang bohong."
Keterangan Ronny diharapkan dapat mengungkap adanya potensi keterlibatan pelaku lain dalam pembunuhan Angeline. Bocah 8 tahun itu diduga dibunuh mantan pembantu rumah tangganya, Agus Tai, sebulan lalu. Setelah dibunuh, dia dikubur di pekarangan rumah orang tua angkatnya didekat kandang ayam.
Agus mengaku memperkosa Angeline sebelum dan sesudah dibunuh. Dia juga sempat mengaku membunuh Angeline atas perintah Margriet Megawe, ibu angkat Angeline, dengan iming-iming imbalan Rp 2 miliar. Namun kesaksiannya berubah setiap saat.
Beberapa alat bukti masih terus diselidiki Kepolisian Resor Kota Denpasar, Kepolisian Daerah Bali, dan Polri. Salah satunya bercak darah di kamar Margrieth yang diduga milik Angeline. Badrodin mengaku belum mendapatkan hasil laboratorium forensik terkait dengan bercak darah itu. "Belum ada hasilnya, masih di Puslabfor," ujarnya.