Pembangunan Sekat Kanal Riau Difokuskan di Perbatasan

Reporter

Minggu, 14 Juni 2015 22:00 WIB

Para petani sagu bergotong royong membuat sekat kanal di perkebunan sagu di Desa Sungai Tohor, Meranti, Riau, 30 Desember 2014. Sekat tersebut berfungsi untuk mengatur kadar air gambut agar kebun sagu selalu basah. TEMPO/Riyan Nofitra.

TEMPO.CO, Jakarta -


Kepala Badan Lingkungan Hidup Riau Yulwirwaty Moesa mengatakan pembangunan 300 sekat kanal untuk pencegahan kabakaran hutan dan lahan segera dilakukan pada pertengahan Juni 2015 ini. Pembangunan sekat kanal yang menelan biaya Rp 15 miliar tersebut bakal di fokuskan du dua kabupaten perbatasan negeri Jiran Malaysia yakni Bengkalis dan Kepulauan Meranti. “Dua daerah itu sangat rawan kebakaran lahan,” kata Yulwirawati, Minggu, 14 Juni 2015.


Menurut Yulwirawati, dua daerah tersebut menjadi prioritas lantaran wilayah itu memiliki lahan gambut luas yang terletak di perbatasan selat malaka. Jika dilihat dari peristiwa kebekaran hutan dan lahan yang melanda Riau saban tahun, kedua daerah tersebut kerap kali menyumbang titik api paling banyak dari daerah lainnya. Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan dari daerah itu kerap terbawa angin dan mengganggu aktifitas negara tetangga Malaysia dan Singapura.


Pemerintah Riau, kata Yulwirawati, telah memperpanjang status siaga darurat bencana asap hingga Oktober 2015, terkait dengan mulai masuknya musim panas di provinsi ini.


Pembangunan sekat kanal itu dibantu oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sesuai dengan pesan Presiden Joko Widodo yang akhir tahun meninjau Riau, mereka memprogramkan pembangunan seribu sekat kanal untuk menjaga kadar air di wilayah gambut agar tetap basah.


Pembangunan sekat kanal akan di mulai pertengahan Juni 2015. Yulwirawati menjelaskan, pembuatan kanal dibangun di daerah gambut yang dibangun masyarakat. Pemerintah mewajibkan perusahaan hutan tanaman industri maupun perkebunan kelapa sawit membangun sekat kanal sendiri.


Menurut Yulwirawati, proyek percontohan sekat kanal yang digagas Presiden Joko Widodo, di Sungai Tohor, Kepulauan Meranti, dinilai ampuh mencegah kebakaran hutan dan lahan. Hal itu dibuktikan dengan menurunnya jumlah titik panas pada 2015.


LBH Riau mencatat terdapat 7.271 titik panas dalam rentang waktu Januari hingga Mei 2014. Jumlah titik panas cenderung menurun dalam rentang waktu yang sama pada 2015 ini terpantau hanya 1.893 titik. "Lahan gambut kembali basah, dan menyuburkan tanaman sagu di sana," ujarnya.


Namun program sekat kanal justru mendatangkan masalah baru. Perusahaan akasia dan kelapa sawit dirugikan lantaran tanamannya mati akibat kelebihan air. Mengatasi masalah itu, Yulwirawati mengaku akan membahasnya dengan pakar gambut. "Nanti kami akan carikan solusinya," katanya.


RIYAN NOFITRA

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

8 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

16 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

41 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

44 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

46 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

46 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

46 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

46 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

51 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

58 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya