Wisata Buaya Porong, Pakar Minta Ekosistem Dijaga  

Reporter

Selasa, 9 Juni 2015 12:12 WIB

Seorang anak melihat dari kejauhan anak buaya yang berjemur di atas daratan di tengah sungai Kali Porong, Sidoarjo, 4 Mei 2015. Kemunculan sejumlah hewan reptil ini menarik rasa ingin tahu warga untuk datang memadati bantaran sungai untuk melihat kemunculan buaya. FULLY SYAFI

TEMPO.CO, Surabaya - Penolakan evakuasi buaya muara oleh warga sekitar perairan hulu Sungai Porong direspons Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Bupati Sidoarjo Saiful Illah memenuhi permintaan warga Dusun Awar Gunting, Desa Tambak Rejo, menjadikan kawasan itu obyek wisata.

Menurut pakar ekoturisme dari Universitas Airlangga, Nurdin Razak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan penetapan obyek wisata ini. “Pemerintah Sidoarjo harus menurunkan tim lingkungan untuk mengkaji serius persoalan ini. Jangan sampai buaya itu mati karena ekosistemnya rusak,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin, 8 Juni 2015.

Warga setempat, kata Nurdin, harus diedukasi mengenai jarak aman buaya dengan manusia. Menurut dia, idealnya lokasi wisata itu diberi pagar agar tidak terjadi konflik antara buaya dan pengunjung. “Keterangan soal jarak aman itu pun harus sesuai dengan arahan ahli reptil, bukan versi penduduk atau dinas pariwisata,” katanya.

Berdasarkan informasi yang ia pelajari, buaya berjenis Crocodylus porosus di sana tak terusik meski hanya berjarak 10 meter dengan manusia. “Mungkin ada perubahan perilaku. Tapi jika teorinya harus minimum jarak 20 meter, ya harus dipatuhi. Jangan sampai perubahan perilaku yang membuat mereka tampak jinak itu malah membuat masyarakat abai terhadap keselamatan,” kata dosen pariwisata itu.

Tak cukup meresmikan kawasan tersebut sebagai wisata, pemerintah memiliki kewajiban lain. Menurut Nurdin, pemerintah wajib memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tanggung jawab terhadap lingkungan. “Pemerintah harus mengedukasi bahwa ekosistem itu dijaga sebagai area konservasi,” ucapnya.

Dosen pariwisata itu mengungkapkan, wisata buaya Porong ini sebaiknya dilihat sebagai suatu entitas kesatuan wilayah konservasi desa ekowisata. “Sekalian dibikin profesional. Jadi, ada regulasi dan pertanggungjawaban lingkungan dari masyarakat desa itu. Mereka juga punya hak dan kewajiban untuk memperhatikan kelangsungan hidup dan ekosistem si buaya.”

Sebelumnya, Gubernur Soekarwo mengingatkan akan bahaya satwa itu dengan tetap meminta petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Timur meyakinkan warga untuk memindahkan buaya-buaya tersebut. “Ya, saya juga minta ke Pak Bupati supaya menyadarkan ke masyarakat,” katanya pada Jumat, 5 Juni 2015.

Soekarwo juga mengatakan keselamatan jiwa jauh lebih berharga ketimbang pendapatan dari parkir dan berjualan. Soekarwo cemas lantaran aliran sungai tempat buaya itu bermukim cukup dekat dengan dusun. “Sungainya akrab dengan masyarakat. Ya, tugas negara melindungi rakyatnya.”



ARTIKA RACHMI FARMITA


Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

9 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

24 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

Sepanjang tahun lalu, 5 warga Timor mati digigit buaya dan 10 luka-luka. Tahun ini sudah satu orang yang tewas.

Baca Selengkapnya

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

35 hari lalu

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

Setelah Kota Bandung, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

37 hari lalu

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

41 hari lalu

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik Harimau Sumatera dengan manusia akibat beberapa faktor termasuk kondisi individual dan habitatnya.

Baca Selengkapnya

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

42 hari lalu

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

Setelah dikonfirmasi BKSDA kembali, satwa dilindungi harimau sumatera itu diketahui sudah keluar dari saluran air namun masih sempat berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

43 hari lalu

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

BKSDA Sumatera Barat melaporkan adanya harimau Sumatera di bak penampung di Desa Kajai Selatan, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat.

Baca Selengkapnya

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

53 hari lalu

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

Temuan anak buaya ini cukup mengejutkan warga Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Dari mana asalnya?

Baca Selengkapnya

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

5 Maret 2024

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

BKSDA Aceh mengkhawatirkan dampak deforestasi terhadap satwa liar. Ancaman tertinggi dihadapi empat satwa kunci di hutan Aceh.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

4 Maret 2024

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya