Pedagang kecil di Pasar Johar Semarang, berjualan dengan payung berwarna-warni di antara reruntuhan Pasar Johar. Semarang, 16 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Semarang - Pedagang Pasar Johar Kota Semarang emoh meninggalkan lokasi pasar itu sebelum Lebaran. Pedagang yang menjadi korban kebakaran itu masih ingin memanfaatkan momentum bulan puasa untuk menjual dagangan mereka.
“Mereka ingin mremo (memanfaatkan momentum) selama bulan puasa dan menjelang Lebaran,” kata Ketua Persatuan Pedagang dan Jasa Pasar Kota Semarang Suwanto saat hendak menemui Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Senin, 18 Mei 2015.
Keinginan itu didasari keinginan para pedagang tetap mendapat penghasilan setelah mengalami kerugian akibat terbakarnya kios dan lapak mereka. “Pedagang sudah rugi. Bertahan sementara sebelum Lebaran itu untuk mempertahankan ekonomi,” ujar Suwanto.
Menurut Suwanto, para pedagang siap menata sendiri area berdagang sementara di sekitar Pasar Johar. "Mereka kemarin telah mengajukan izin agar bisa menempati area parkir Kanjengan, Jalan Agus Salim, dan sebagian Yaik," katanya.
Berdasarkan catatan Persatuan Pedagang dan Jasa Pasar Kota Semarang, nilai kerugian akibat kebakaran Pasar Johar yang dialami pedagang mencapai Rp 3 triliun. Nilai kerugian itu dihitung dari jumlah para pedagang Pasar Johar yang mencapai 7 ribu orang.
Ketua Komisi Perekonomian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang Mualim memberi dukungan agar Pemerintah Kota Semarang mengizinkan pedagang bertahan di Pasar Johar sampai Lebaran. Dukungan itu diberikan untuk mencegah pedagang mengalami kerugian lebih lanjut. “Asal tak kembali berdagang di lokasi tempat kebakaran, tapi di sekitar pasar, seperti lahan parkir dan Jalan Agus Salim,” kata Mualim.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
17 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.