Hari Ini Adik Sultan Penolak Sabda Raja Tunggu Masukan

Reporter

Kamis, 7 Mei 2015 07:43 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X, raja Kasultanan Yogyakarta, membacakan Sabda Tama (pernyataan raja) di Bangsal Kencono, Kompleks Kraton Yogyakarta, Kamis (10/05). Dalam pernyataannya, Sultan menegaskan bahwa Kraton Yogyakarta dan Kraton Puro Pakualaman merupakan satu kesatuan yang utuh, dan bahwa Yogyakarta memiliki tata peraturannya sendiri meskipun telah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sepuluh adik Raja Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan menolak Sabda Raja I dan II akan berkumpul di Ndalem Yudhanegaran, Yogyakarta, pada hari ini, 7 Mei 2015. Mereka akan meminta masukan dan menampung keluhan masyarakat berkaitan dengan Sabda Raja yang telah diucapkan Sultan pada 30 April 2015 dan 5 Mei 2015.

“Itu akan menjadi referensi kami untuk menyatakan sikap yang akan disampaikan kepada Ngarso Dalem (Sultan),” kata adik tiri Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo, saat ditemui di kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, Rabu petang, 6 Mei 2015.

Dia menjelaskan, seusai Sabda Raja II, adik-adik Sultan yang berada di Yogyakarta dan Jakarta itu sepakat bertemu untuk membahas substansi Sabda Raja. Mereka semua adalah laki-laki.

Mereka adalah G.B.P.H. Prabukusumo, G.B.P.H. Yudhaningrat, G.B.P.H. Condrodiningrat, dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto (adik kandung Sultan) yang berada di Yogyakarta. Sedangkan yang dari Jakarta ada G.B.P.H. Pakuningrat, G.B.P.H. Cakraningrat, G.B.P.H. Suryadiningrat, G.B.P.H. Suryametaram, G.B.P.H. Hadinegoro, dan G.B.P.H. Suryonegoro. Sebelum menerima kedatangan masyarakat, mereka terlebih dahulu bertemu di kediaman Prabukusumo pada 5 Mei 2015 malam.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Sultan telah mengeluarkan dua kali Sabda Raja secara tertutup di Sitinggil, Keraton Yogyakarta, dalam satu pekan. Sabda Raja I pada 30 April 2015 berisi beberapa poin yang utamanya adalah mengubah gelar Sultan berupa mengganti nama Buwono menjadi Bawono.

Menurut kerabat keraton, Buwono berarti dunia, sedangkan Bawono artinya dunia-akhirat. Sultan juga menghilangkan gelar “khalifatullah” dan mengganti kata “sedasa” menjadi “sepuluh”. Gelar Sultan pun yang semula Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing Ngayogyakarta Hadiningrat, maka berubah menjadi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Bawana ingkang Jumeneng Kaping Sepuluh ing Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Ngarso Dalem juga menyatakan tidak akan mengucapkan assalamualaikum lagi di kompleks keraton,” kata kerabat keraton yang menolak disebut identitasnya kepada Tempo.

Sedangkan Sabda Raja II yang diucapkan pada 5 Mei 2015 di tempat yang sama hanya berisi satu poin. Yaitu mengubah nama anak sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Menurut kerabat keraton tersebut, Sultan memberikan penjelasan maksud isi Sabda Raja itu di kediamannya di Keraton Kilen.

“Ada dhawuh (perintah), bahwa Sultan mengangkat G.K.R. Mangkubumi sebagai calon penggantinya. Dan penggantinya itu harus berasal dari pancer-nya (keturunan langsung),” kata kerabat keraton itu. Dengan demikian, semenjak itu Pembayun dinobatkan menjadi putri mahkota Keraton Yogyakarta.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

51 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

52 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

52 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.

Baca Selengkapnya