Sultan: Jangan Kultuskan Hamengku Buwono IX

Reporter

Senin, 13 April 2015 16:38 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X, berikan sambutan atas logo baru Jogja istimewa di kompleks kantor Gubernur DI. Yogyakarta, 5 Februari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat tak terjebak pengkultusan pendahulunya, Sultan Hamengku Buwono IX. "Itu pula yang ia pesankan kepada anak-anaknya," katanya dalam acara bedah buku A Prince in a Republic: The Life of Sultan Hamengku Buwono X of Yogyakarta di Pagelaran Keraton, Minggu malam, 12 April 2015.

Ada banyak buku biografi Hamengku Buwono IX. Sebagian berisi sanjungan kepadanya. Bagi Hamengku Buwono X, karisma ayahnya muncul dari sikap yang sederhana.

Penyelenggaraan bedah buku itu bertepatan dengan peringatan 103 tahun hari kelahiran Hamengku Buwono IX, yang lahir pada 12 April 1912. A Prince in a Republic ditulis pengajar di Australian National University, John Monfries. Buku setebal 378 halaman itu diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Institute of Southeast Asian Studies yang berbasis di Singapura.

Monfries mengatakan Hamengku Buwono IX adalah raja berpendidikan Barat tapi memiliki gaya bicara yang polos dan mudah dimengerti masyarakat. "Ia pionir blusukan," katanya.

Selama ini sudah ada sejumlah buku yang mengulas riwayat Hamengku Buwono IX. Di antaranya Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku IX, Sejarah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader, Hamengku Buwono IX, dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974.

Namun, menurut sejarawan Universitas Gadjah Mada, Djoko Suryo, A Prince in a Republic adalah buku pertama yang bercerita tentang Hamengku Buwono IX dalam bahasa Inggris dan ditulis oleh peneliti asing. Sejarawan UGM lainnya, Bambang Purwanto, mengatakan A Prince in a Republic bukanlah buku yang mudah dipahami karena bahasa Monfries berbeda. "Bahasa Inggris-nya terlalu bagus," katanya.

Tanpa pemahaman bahasa Inggris yang mumpuni, kata dia, penerjemah akan kesulitan mengalihbahasakan isi buku ini ke bahasa Indonesia. Padahal, tanpa pemahaman yang utuh terhadap buku asli, pengalihbahasaan sebuah buku bisa menimbulkan kesalahpahaman. "Kalau buku ini akan diterjemahkan, carilah penerjemah yang betul-betul baik karena literasinya tak mudah dipahami."

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

10 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

18 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

31 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

44 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

50 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

50 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya