Rumah terduga teroris jaringan ISIS berada dalam pengawasan personel Densus 88 Mabes Polri di Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, 22 Maret 2015. Aprimul menempati rumah ini bersama istri dan anaknya, sejak 19 Januari 2015. ANTARA/Alinuddin
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara Asad Ali mengatakan warga Indonesia yang bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) hanya berperan sebagai pion. Tugas utama mereka menjadi martir bom bunuh diri. "Jumlah yang menyatakan siap menjadi martir mendekati seratus," kata Asad di Jakarta, Ahad, 22 Maret 2015.
Menurut Asad, warga negara Indonesia tidak mungkin mendapat kedudukan tinggi dalam kelompok ISIS yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi itu lantaran statusnya hanya tamu. Belum lagi, orang Indonesia tidak mungkin menguasai bahasa setempat sehingga kesulitan berkomunikasi. "Kapasitas WNI di sana adalah pengikut, tidak mungkin jadi komando."
Perekrutan simpatisan ISIS di Indonesia diinisiasi beberapa kelompok. Asad menyebutkan kelompok inti pendukung ISIS adalah Jamaah Anshorut Tauhid dan Tauhid Wal Jihad. Selain itu juga ada kelompok Mujahidin Indonesia Barat, Mujahidin Indonesia Timur, dan Al Mujahirun yang merupakan fraksi radikal dari Hizbut Tahrir Indonesia.
Walau tidak menjadi komandan, menuer Asad, tetap saja banyak warga Indonesia yang tergoda untuk bergabung dengan kelompok militan itu. Asad menilai motif utamanya adalah ideologi. "Mendengar ada negara khilafah di Suriah, banyak warga Indonesia yang tergerak untuk ke sana."
Kepala Badan Penanggulangan Terorisme Saud Usman Nasution tak sepakat dengan Asad. Ideologi, ujar Saud, memang salah satu motif. Namun, alasan yang lebih besar adalah dendam karena kesenjangan sosial dan ekonomi. Berkat propaganda tersebut, Saud menyebut ada lebih dari 10 kelompok di Indonesia yang menyatakan dukungan pada ISIS.
Di dalam negeri, mereka membantu proses rekrutmen orang untuk dikirim ke Suriah, menyebarkan propaganda ISIS, serta menggalang bantuan keuangan. Media sosial disebut Saud sebagai sarana penyebaran paham ini. Di antara kelompok yang telah menyatakan dukungan pada ISIS, ujar Saud, adalah JAT atau Mujahidin Indonesia Barat yang dipimpin Abu Bakar Baasyir.
Kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso juga telah berbaiat pada ISIS. Saud berujar, lebih banyak lagi kelompok yang telah berbaiat pada ISIS. "Buktinya ada unjuk rasa pendukung ISIS di Bundaran Hotel Indonesia pada September lalu," kata Saud. "Mereka merupakan gabungan sejumlah kelompok."
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.