TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negaral Marciano Norman mengatakan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengiming-imingi sejumlah hal untuk manarik para simpatisan. Marciano mengatakan info ini didapat dari mereka yang kembali dari Suriah."Biaya perjalanan mereka diganti, terus mereka juga diberikan biaya hidup awal, setelah itu ya mereka menyatu dengan lingkungan," ujar Marciano di Kantor Presiden, Kamis, 12 Maret 2015.

Menurut Marciano, setelah bergabung dengan ISIS, mereka akan melakukan jihad dengan perlawanan bersenjata terhadap pemerintahan yang mereka anggap tak sesuai dengan ideologi yang dianut. Namun, kata dia, tak semua WNI yang masuk Suriah bergabung dengan ISIS.

"Ada yang memang masuk secara ilegal, namun mereka mencari pekerjaan supaya hidup lebih layak," katanya.

Mengenai modus melalui biro wisata dan umroh, Marciano mengakui agak sulit mengontrolnya. "Tak mungkin kita melarang orang mau umroh atau wisata," katanya. Biasanya, mereka berpura-pura bertemu dengan keluarga setibanya di negara lokasi, kemudian melepaskan diri dari jadwal tur dan berjanji akan kembali pada waktu yang telah ditentukan. "Namun, mereka tak kembali,"ujarnya.

Sebelumnya, beredar kabar hilangnya 16 WNI yang ikut rombongan tur. Mereka berangkat bersama rombongan tur pada 24 Februari 2015 dari Jakarta. Mereka terbang ke Turki dengan pesawat Turkish Airlines TK 67. Setibanya di Bandara Turkish International Ataturk, Istanbul, sebanyak 16 dari 25 orang menyampaikan kepada pimpinan rombongan bahwa mereka akan berpisah dari rombongan. Mereka berjanji kembali bergabung pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki.

Ditunggu hingga tanggal yang dijanjikan, 16 peserta tur itu menolak kembali bergabung dengan rombongan. Rombongan ini dijadwalkan pulang pada 4 Maret 2015 pukul 00.40 menggunakan Turkish Airlines TK 66. Namun 16 WNI yang memisahkan diri itu tidak muncul di bandara.

TIKA PRIMANDARI