TEMPO Interaktif, Jakarta:Uni Eropa berjanji tidak akan mengirimkan pasukan militer dalam Tim Pemantau Aceh (Aceh Monitoring Mission). Namun, personelnya memiliki latar belakang militer. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Jean Breteche mengatakan, Uni Eropa lebih berkonsentrasi pada kegiatan pemantauan dan bukannya militer. "Kami tidak berencana mengirimkan pasukan tentara," kata Breteche kepada pers seusai diterima Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Rabu (21/7).Pembahasan lebih detil soal ini, lanjut dia, akan dibahas pada pertemuan pemerintah dan Uni Eropa pekan depan. Menurutnya, Eropa akan mengikuti peran yang diinginkan oleh pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pasca perjanjian damai. "Kami ingin memfasilitasi, dan bukannya mengambil peran dominan," kata dia. Dalam pertemuan ini, Breteche didampingi Luisa Morgantini (Chair of the Development Committe), Nirj Deva (anggota parlemen Uni Eropa), dan Anna Gomez (Duta Besar Portugal). Gomez menambahkan, tujuan kedatangan rombongan ini sekarang bukan untuk mendiskusikan peran tim pemantau. Rombongan saat ini lebih akan mengumpulkan informasi soal proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dimulai di Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut Gomez, jika tim monitoring jadi terbentuk nantinya, maka sebagian anggota akan memiliki latar belakang militer. "Tapi tidak bertugas seperti tentara," kata dia. Ia membenarkan, sebagian tugas tim nantinya akan memantau pemulangan tentara TNI ke markasnya kembali. "Serta memantau penghancuran senjata milik GAM," kata dia. Sedangkan Morgantini mengatakan, parlemen Uni Eropa ingin menjalin hubungan yang baik dengan Indonesia. Menurutnya, Eropa juga ingin dana bantuan yang diberikan dapat digunakan secara tepat guna. "Kami juga berharap masyarakat madani akan berperan dominan dalam proses rekonstruksi di Aceh," kata dia. Budiriza