Mantan Presiden SBY dan putranya Edhie Baskoro Yudhoyono meninggalkan Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO , Jakarta: Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai sosok SBY masih memiliki peran sentral bagi Partai Demokrat. Peluang keterpilihannya sebagai ketua umum partai jauh menandingi kandidat yang lain. "Sumbangan dan kontribusi SBY terlalu besar bagi eksistensi partai," ujarnya ketika dihubungi, Sabtu, 20 Desember 2014.
Burhanuddin menjelaskan, elektabilitas Demokrat selama ini sangat ditentukan oleh popularitas SBY. "pada pemilu 2014 suara Demokrat memang anjlok. Tapi itu bukan karena SBY, melainkan ulah sejumlah kader yang tersangkut kasus korupsi," katanya. Namun, ketergantungan terhadap SBY menandakan identitas Demokrat sebagai partai yang memiliki veto player. (Baca: Ibas: SBY Akan Kembalikan Kejayaan Demokrat)
Menurut Burhanudddin, karakter itu juga terjadi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, atau Partai Gerakan Indonesia Raya. Partai-partai yang memiliki karakter itu punya keuntungan dan kekurangan. Kerugiannya, proses regenerasi mandek. Tapi konflik internal partai akan mudah dipadamkan. "Tidak akan ada perang Barata Yudha," ujarnya. (Baca: Alasan Gede Pasek Tantang SBY di Kongres Demokrat)
Meski demikian, kata Burhanuddin, partai politik seringkali harus menomorduakan agenda regenerasi. Meski menjadi keharusan, agenda itu harus mereka hitung ulang untuk menjamin keberhasilan masa depan partai. "Figur kandidat yang kuat masih menjadi dianggap sebagai sosok pemersatu. Makanya tak heran jika ada gejala aklamasisasi," katanya.