JK: Bedol Desa Tak Bisa Dilakukan Kembali  

Reporter

Editor

Anton William

Senin, 15 Desember 2014 20:00 WIB

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan), menghadiri pertemuan dengan gubernur seluruh Indonesia di Istana Bogor, Jabar, 24 November 2014. Pertemuan tersebut guna membahas agenda pembangunan Indonesia ke depan guna meningkatkan interkoneksi wilayah-wilayah di nusantara. ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyarankan kebijakan transmigrasi disesuaikan dengan perkembangan zaman. Menurut dia, pemerintah harus berinovasi setelah program transmigrasi konvensional melalui bedol desa tak bisa lagi dilakukan. "Harus dilakukan kebijakan yang berbeda," kata Kalla, pada acara Transmigration Award 2014 di kantor Kementerian Desa Pembangunan Tertinggal dan Transmigrasi, Kalibata, Jakarta, 15 Desember 2014.

Melihat situasi masyarakat saat ini, Kalla meminta kebijakan yang berbeda dengan program transmigrasi yang sudah berjalan selama 60 tahun terakhir ini. Selain kebijakan, ia pun meminta agar masyarakat meningkatkan keterampilannya. Melalui transmigrasi modern, akan memberikan lapangan tenaga kerja yang lebih baik. Selain itu, kantong-kantong kemiskinan di daerah padat pun bisa berkurang dengan adanya pemerataan penduduk.

Kalla mengatakan transmigrasi sudah tidak banyak diminati seperti era 1970-an. Dia bercerita, 4 dekade lalu pemerintah bisa memindahkan 300-400 ribu orang dengan mudah. Program yang dikenal dengan bedol desa itu kini hampir tak bisa terwujud. Kalla mengatakan hal itu terjadi karena semakin banyak urbanisasi yang dilakukan. "Saat ini sudah tidak bisa lagi ada bedol desa. Transmigrasi dewasa ini tidak mudah," katanya.

Semakin banyaknya pengusaha yang membuat perusahaan di Pulau Jawa, atau daerah yang sudah padat penduduk, membuat masyarakatnya enggan dipindahkan ke tempat lain. Dia menyebut pesatnya perkembangan industri di Jawa membuat semakin banyak masyarakat lebih memilih tetap hidup di Jawa.

Program transmigrasi, kata Kalla, baik dilakukan karena bisa membagi rata penduduk dan menguntungkan pengusaha, pemerintah, terutama masyarakat. Sebaran penduduk yang lebih merata, ujar dia, membuat sumber daya alam bisa dimanfaatkan dengan baik. Dia yakin pemerataan penduduk dan pemanfaatan sumber daya alam dapat memberikan kesejahteraan yang lebih baik. (Baca juga: 15 Daerah Dapat Transmigrasi Award 2014)

MITRA TARIGAN

Terpopuler:


Ahok: Kelemahan Saya Sudah Cina, Kafir Pula
Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai
Putri CEO Korean Air Paksa Pramugara Berlutut
Susi: Jangankan Cina, Amerika pun Kita Lawan
2 Penyebab Longsor Banjarnegara Versi UGM

Berita terkait

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

2 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

3 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

5 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

6 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

17 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

17 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

17 hari lalu

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

Anies Baswedan bersamuh dengan Jusuf Kalla pada hari pertama Lebaran. Mengaku tak bicara soal politik.

Baca Selengkapnya

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

17 hari lalu

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) akan merayakan hari raya Idul Fitri 1445 H atau 2024 M di Jakarta. Rencananya, JK juga akan menerima kunjungan para kolega di kediaman pribadinya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

18 hari lalu

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, bakal merayakan lebaran tahun ini di Jakarta. Rencananya, Anies akan salat id di masjid dekat rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Setelah itu, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut akan bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh partai politik pengusungnya dan para politikus senior.

Baca Selengkapnya

Arti 9 Pilar di Gedung MK, Begini Sejarah Pembangunannya 17 Tahun Lalu

35 hari lalu

Arti 9 Pilar di Gedung MK, Begini Sejarah Pembangunannya 17 Tahun Lalu

Di depan Gedung MK terdapat 9 pilar besar, apa artinya? Ini riwayat pembangunannya di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.

Baca Selengkapnya