Pengunjung menceritakan peristiwa hilangnya empat orang anggota keluarganya di masa kecamuk 1965 pada pemutaran film "Senyap" di Warung Kelir, 10 Desember 2014. TEMPO/Abdi Purmono
TEMPO.CO, Kediri - Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri menjadi fasilitator pemutaran film Senyap yang dianggap kontroversial dan sempat dilarang di beberapa tempat. Bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, aktivis mahasiswa, dan kelompok studi di Kediri, PCNU Kediri memutar film Senyap untuk masyarakat umum dan warga Nahdliyin pada hari ini, Sabtu, 13 Desember 2014.
"Mereka bersepakat tidak akan terjebak pada polemik komunisme, ini soal kemanusiaan, bukan komunis," kata panitia pemutaran film Senyap, Taufik Alamin, kepada Tempo. (Baca juga: Militer Intimidasi Pemutaran Film Senyap di Malang.)
Taufik yang berstatus sebagai dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri itu mengatakan film Senyap patut ditonton sebagai bahan pembelajaran dan diskusi soal sejarah. Sejarah telah mencatat bahwa terjadi pembantaian massal terhadap orang-orang yang berpaham komunis di Indonesia tanpa melalui pengadilan. Fakta itu, kata Taufik, tidak bisa dikaburkan dan patut menjadi pembelajaran bagi masyarakat. (Baca: Aktor Utama Film Senyap, Nomaden dan Takut.)
Menurut Taufik, film Senyap juga mengingatkan khalayak tentang tanggung jawab negara kepada para korban pembantaian tersebut. Saat disinggung soal intimidasi saat film ini diputar di Malang, Taufik mengaku tidak takut. Sebab, jauh sebelumnya, dia sudah berdiskusi dengan pengurus NU dan aktivis di Kediri tentang pemutaran film ini.