Presiden RI Joko Widodo/Jokowi (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menghadiri penganugerahan Piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia, di Palembang Sport and Convention Centre, Palembang, Sumsel, 6 Desember 2014. TEMPO/Charisma Adristy
TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Joko Widodo mengisi sebagian materi kuliah umumnya di Balai Senat Universitas Gadjah Mada dengan menjelaskan alasannya menaikkan harga bahan bakar minyak. Jokowi memutuskan harga BBM naik karena tak ingin dana negara habis untuk subsidi konsumsi BBM.
Jokowi mengatakan hanya ingin memberikan gambaran mengenai manfaat pencabutan subsidi BBM. Apabila melanjutkan kebijakan subsidi selama periode pemerintahannya, Jokowi akan membuang duit negara senilai Rp 400 triliun setiap tahun. Padahal, kata Jokowi, membangun rel kereta di seluruh Indonesia, kecuali Jawa, hanya butuh Rp 360 triliun dan setahun jadi. (Baca juga: Jokowi Kuliahi Mahasiswa UGM Soal Pembangunan)
Pembangunan jalur rel itu, menurut Jokowi, akan memaksimalkan kinerja sektor distribusi logistik di Indonesia. Disparitas harga barang antara Jawa dan Indonesia timur akan mungkin diperkecil. "Harga semen di Puncak Jaya, Papua, saat ini Rp 2,5 juta (per sak)," kata Jokowi.
Dana pengalihan subsidi BBM juga bisa untuk membangun jalan tol. Dalam hitungan Jokowi, hanya perlu dana Rp 400 triliun untuk membangun 16 ribu kilometer jalan tol yang melintasi pulau-pulau besar di Indonesia.
Jokowi menambahkan, untuk membangun 49 bendungan di belasan provinsi agar Indonesia mencapai swasembada pangan, perlu dana Rp 24 triliun. Sedangkan untuk membenahi saluran irigasi, yang kini 70 persen rusak, di kawasan lumbung pangan perlu Rp 15 triliun.
Dana penghematan subsidi BBM, menurut Jokowi, juga akan terus dialirkan untuk mendorong usaha kecil dan membantu petani. Bantuan langsung bagi warga miskin juga akan terus diguyur oleh pemerintah.