Sebuah eskavator melakukan pengerukan untuk menguatkan tanggul Lumpur Lapindo di titik 21, desa Siring, Porong, Sidoarjo, 3 Desember 2014. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menetapkan status Siaga 1 luapan lumpur Lapindo.TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Sidoarjo - Tanggul lumpur Lapindo di titik 73 B Desa Kedungbendo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang jebol sejak Ahad, 30 November 2014, telah diperbaiki sementara menggunakan beberapa sesek (anyaman) bambu dan beberapa karung pasir.
Juru bicara Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Dwinanto Hesti Prasetyo, menjelaskan upaya penutupan itu dilakukan untuk mengurangi jumlah lumpur yang mengalir, dan tidak menggenangi permukiman warga di sisi utara tanggul. Aliran lumpur dari tanggul yang jebol harus ditutup agar tidak terus mengalir ke Kali Ketapang, yang kian dangkal akibat sedimentasi lumpur Lapindo.
Dwinanto menjelaskan BPLS juga terus mempercepat pekerjaan pembangunan tanggul baru dari titik 73 Kedungbendo hingga titik 68 di Desa Gempolsari. Tanggul yang panjangnya sekitar 1,7 kilometer dengan tinggi 5 meter itu diperlukan karena berguna untuk menampung luberan lumpur dari titik 73 B Desa Kedungbendo.
"Kalau tanggul baru selesai dibangun, maka aliran lumpur akibat jebolnya tanggul titik 73 B itu bisa ditahan," kata Dwinanto saat ditemui di lokasi pembangunan tanggul titik 73 Desa Kedungbendo, Ahad, 7 Desember 2014.
Seperti diberitakan sebelumnya, aliran lumpur Lapindo yang tumpah akibat jebolnya tanggul di titik 73 B Desa Gempolsari, menggenangi permukiman warga di Desa Kedungbendo dan Desa Gempolsari. Lumpur pekat berwarna kehitaman itu masuk ke rumah warga dengan ketinggian yang bervariasi. Ada yang semata kaki hingga sebatas lutut.