Ketum Angkatan Muda Partai Golkar, Yoris Raweyai, beri keterangan pers, di Jakarta, 11 Agustus 2014. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Memanasnya suhu politik Partai Golongan Karya tak membuat Yorrys Raweyai menginginkan perpecahan di tubuh Golkar. Bekas Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya itu mengatakan rekonsiliasi partai harus diutamakan. "Saya tidak mau ada perselingkuhan yang melahirkan anak haram partai," ujar Yorrys ketika dihubungi pada Ahad, 30 November 2014. (Baca: Agung Ogah Bertemu Ical karena Suasana Kebatinan)
Yorrys menuturkan solusi yang harus dipikirkan adalah bagaimana mempersatukan partai kembali agar siap bersaing pada Pemilu 2019, bukan memecah-belah partai. Menurut dia, jangan sampai suatu saat orang-orang datang ke museum dan menemukan Golkar dipamerkan sebagai partai yang pernah berjaya dalam sejarah. (Baca: Semua Penantang Ical Ada di Bali?)
Anggota Presidium Penyelamat Partai Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa, juga mengatakan hal serupa. Agun memilih tetap mempertahankan keutuhan Golkar. Dia tidak ingin sampai ada parpol baru lagi muncul dan terjadi eksodus kader secara besar-besaran. "Aburizal tidak perlu membuat partai baru. Dia cukup mundur dengan terhormat," ujar Agun. (Baca: Dukung Agung Laksono, Yorrys Raweyai Juga di Bali)
Perpecahan di tubuh Golkar sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, mantan politikus Golkar, Wiranto dan Surya Paloh, juga memutuskan mendirikan partai baru, yakni Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai NasDem, setelah gagal terpilih sebagai Ketua Umum Golkar.
Bamsoet Apresiasi Peluncuran Buku 'Kepedihan Berubah Senayan' Karya Darul Siska
52 hari lalu
Bamsoet Apresiasi Peluncuran Buku 'Kepedihan Berubah Senayan' Karya Darul Siska
Menurut Bamsoet, buku ini menekankan pada pentingnya konsistensi dan ketekunan dalam berpolitik, serta komitmen pada tujuan mulia dalam melayani rakyat dan negara.