Seorang pria melakukan ziarah di Gunung Kemukus. Gunung ini menjadi terkenal setelah video jurnalis media asing, Patrick Abboud meliput ritual ziarah syur tersebut. Sbs.com.au
TEMPO.CO, Sragen - Pemerintah Kabupaten Sragen memutuskan tidak menutup kawasan wisata ziarah makam Pangeran Samudra di kawasan Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang. Padahal selama ini banyak terjadi praktek prostitusi di sekitar Kemukus. Prostitusi tersebut diklaim sebagai bagian dari ritual ziarah. (Baca: Pemerintah Tertibkan Penginapan dan Karaoke Kemukus)
Penanggung jawab obyek wisata ziarah Gunung Kemukus, Marcellus Suparno, mengatakan yang perlu ditutup adalah tempat hiburan yang banyak berdiri di sekitar Kemukus. (Baca: Ritual Seks di Kemukus dan Kisah Pangeran Samudra)
“Kalau Kemukus, tidak perlu ditutup. Selain karena menjadi tempat ziarah, juga memberi sumbangan ke pendapatan daerah,” ujarnya, Kamis, 27 November 2014. (Baca: Ritual Seks Kemukus, Gubernur Ganjar: Ziarah Boleh)
Dia menuturkan, hingga akhir November 2014, Kemukus sudah menyumbang Rp 195 juta ke kas daerah. Uang itu berasal dari retribusi para peziarah yang datang ke Kemukus. Tiap peziarah ditarik tiket Rp 5.000. (Baca: Main ke Kemukus, PSK Sarkem Diminta Konsisten)
Sedangkan untuk tempat hiburan seperti karaoke, dia tidak mempermasalahkan jika ditutup selamanya. Sebab, selain tidak memberi sumbangan pendapatan daerah, keberadaannya justru memberi kesan negatif bagi Kemukus. (Baca: Pengunjung Kemukus Diprediksi Membludak)
“Tahun lalu, hanya ada dua tempat karaoke. Melihat keuntungan yang didapat cukup besar, warga lain ikut membuat tempat karaoke. Sekarang sudah ada 69 lokasi. Tapi karaoke sama sekali tidak memberi kontribusi ke kas daerah,” katanya. (Baca: Pengunjung Gunung Kemukus Diprediksi Membeludak)