Sam Pa, Bos Sonangol, Agen Intelijen Cina Juga?
Editor
Bobby Chandra
Senin, 24 November 2014 12:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Majalah ekonomi Financial Times menduga Sam Pa, pemilik Sonangol EP atau Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola EP, terlibat dengan kepentingan yang kuat di Beijing, termasuk memiliki hubungan dengan intelijen Cina dan perusahaan milik negara. Indikasi itu muncul berdasarkan penyelidikan Financial Times, melalui catatan perusahaan, bocoran dokumen, dan wawancara di empat benua. (Baca: Siapa Sam Pa, Bos Sonangol dan Kawan Surya Paloh?)
Dalam laporannya pada Agustus 2014, Financial Times menyebutkan jaringan 88 Queensway yang berpusat di Hong Kong memainkan peran penting dalam memajukan hubungan Negeri Pagoda dengan sejumlah negara di lima benua. Kelompok usaha Queesnsway memiliki kepentingan bisnis yang membentang mulai dari proyek gas Indonesia, hingga pengadaan armada pesawat Airbus di Korea Utara dan Rusia. (Baca: Proyek Sonangol, Paloh: Sudah Kenyang 'Makan Siang')
Seluruh kepemilikan bisnis tersebut digawangi oleh dua perusahaan utama, yakni China Sonangol yang khusus menangani kontrak-kontrak perusahaan minyak dan China International Fund yang bergerak di bidang infrastruktur. Financial Times menyebutkan operasi multinasional Sam Pa merupakan gerakan "hantu" dan "kerajaan neraka". (Baca: Cari Fee dari Senangol, Surya Paloh: Sontoloyo Itu)
Kerajaan bisnis Sam Pa memiliki yayasan di Afrika, di gedung pencakar langit di Luanda, ibu kota Angola, yang berfungsi sebagai kantor pusatnya. Sam Pa tidak terdaftar sebagai pemegang saham atau direktur dari setiap perusahaan yang dikendalikan oleh Queensway. Tapi Sam Pa kerap kali bertindak sebagai wakil jaringan dalam pertemuan dengan presiden, raja Arab, dan konglomerat. (Baca: Faisal Basri: Kenapa Tak Beli Minyak Timor Leste?)
<!--more-->
Sam Pa belum menanggapi permintaan untuk mengomentari cerita yang dipublikasikan oleh Financial Times itu. Pada dua kesempatan dalam percakapan telepon, ia berjanji, dalam bahasa Inggris beraksen, untuk menelepon kembali tapi ia tidak pernah melakukannya. Wartawan Financial Times, Tom Burgis, melacak perwakilan dari perusahaan Queensway di Harare, Conakry, dan Luanda tetapi mereka menolak permintaan wawancara. (Baca:Banjir Tawaran Minyak, Jokowi Diminta Waspada)
Pada Mei, Burgis mengunjungi menara perkantoran berkilauan di 88 Queensway di Hong Kong, lokasi perusahaan itu terdaftar. Ia diberitahu oleh petugas perusahaan bahwa tidak ada yang akan berbicara kepada saya. Jee Kin Wee, kepala departemen hukum untuk China Sonangol di Singapura, merespons beberapa email tapi tidak menjawab pertanyaan tentang interkoneksi antara Queensway dan China Sonangol. (Baca pula: Sam Pa, Surya Paloh, dan Kerajaan Neraka)
Sonangol EP atau Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola EP, beberapa waktu lalu meneken kerja sama dengan Presiden Joko Widodo untuk mengekspor minyaknya ke Indonesia. Salah satu pemilik Sonangol, Sam Pa, yang menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk menggandeng perusahaan pemegang izin eksplorasi minyak dan gas di Negara Republik Angola itu.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menjadi orang di balik kerja sama Sonangol-Indonesia. Surya mengaku ia sudah berkawan lama dengan Sam Pa. "Sudah belasan tahun," ujar Surya saat wawancara dengan majalah Tempo, pekan lalu. Surya mengaku mengenal Sam Pa saat mereka bersama-sama bertemu di rumah gunting rambut di Singapura.
TIM TEMPO | FINANCIAL TIMES | LINDA TRIANITA