Di Surabaya, Imbauan Mogok Organda Tak Digubris  

Reporter

Rabu, 19 November 2014 13:53 WIB

Angkutan Kota. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Surabaya - Imbauan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Timur agar semua angkutan umum mogok beroperasi ternyata kurang efetif. Di Terminal Joyoboyo, Surabaya, lalu-lalang angkutan kota masih ramai. "Masih jalan semua," kata Ari Susanto, pengemudi angkot rute Joyoboyo-Manukan, saat ditemui di dalam terminal, Rabu, 19 November 2014.

Dari pengamatan, banyak angkot yang ngetem menunggu penumpang. Kondisi terminal ini memang tidak seramai biasanya, sehingga load factor masing-masing angkutan, baik angkot maupun bus kota, umumnya tak mencapai 100 persen. (Baca berita sebelumnya: Organda Jatim Serukan Angkutan Umum Mogok Total)

Menurut Ari, aksi mogok beroperasi hanya akan merugikan sopir walau hanya berhenti sehari. Sebab dalam sehari dia bisa mengangkut penumpang pulang-pergi dan memperoleh penghasilan Rp 140 ribu hingga Rp 150 ribu. Dari pendapatan itu ia harus membayar setoran ke juragan angkot Rp 50 ribu serta beli Premium Rp 55 ribu-60 ribu. Praktis, ia hanya membawa pulang bersih Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.

Dengan kenaikan harga Premium Rp 8.500, tarif angkutan umum memang belum resmi naik. Tapi sejak kemarin, para pengemudi berinisiatif untuk menaikkan tarif menjadi Rp 5.000 dari sebelumya Rp 4.000. Ia berharap kenaikan tarif bisa dilegalkan. "Penumpang juga sudah paham, kok," ujar Ari.

Pengemudi angkot jurusan Joyoboyo-Karangpilang-Lakarsantri, Muhammad Ali, juga tidak berminat mengikuti seruan mogok Organda Jawa Timur. "Nanti kalau mogok, dapat uang dari mana?" kata Ali. (Baca: Organda Mogok, Jokowi: Itu Reaksi Satu-Dua Hari)

Meski demikian, kenaikan harga bahan bakar memang berdampak kepada mereka. Apalagi trayek yang dilaluinya sepi penumpang dan jumlah armadanya sekitar 300 unit. Alhasil, Ali hanya bisa menempuh rute itu satu rit (satu kali pulang-pergi). "Dulu bisa empat kali, sekarang cuma satu kali," ujar lelaki 64 tahun ini.

Pendapatan per hari yang diperoleh Ali rata-rata hanya Rp 80 ribu. Dari uang itu, ia harus menyisihkan untuk setoran Rp 50 ribu. Padahal sekali narik, Ali membutuhkan Premium 3,5 liter. Dengan adanya kenaikan harga bensin, Ali memperkirakan jumlah penumpang akan menurun 10 persen. (Baca juga: Demo Organda, Jokowi Didesak Cabut Raperda)

Kendati tidak mogok namun para sopir angkot tersebut merasa kecewa dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang menaikkan harga Premium. "Pak Jokowi lupa janjinya, padahal kenaikan bahan bakar itu imbasnya ke orang kecil seperti kami," kata Sucipto, pengemudi angkot jurusan Joyoboyo-Balongsari.

AGITA SUKMA LISTYANTI

Berita Terpopuler:
BEM Indonesia Akan Turunkan Jokowi
Ceu Popong Ajukan Pertanyaan 'Bodoh' di Paripurna
Subsidi BBM ke Sektor Produktif, Ekonom UGM: Bohong
Ibas Bandingkan Kenaikan BBM Era SBY dan Jokowi


Berita terkait

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

9 hari lalu

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

Berikut ini daftar negara dengan harga BBM paling murah di dunia, ada yang hanya dijual Rp467 per liter. Apa Indonesia termasuk?

Baca Selengkapnya

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

14 hari lalu

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

Pecahnya konflik Iran - Israel dikhawatirkan berdampak pada harga BBM karena terancam naiknya harga minyak mentah dunia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

32 hari lalu

Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

Nicke Widyawati mengatakan Pertamina tidak hanya mengejar keuntungan. Sudah dua bulan perusahaan menahan kenaikan harga BBM.

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Tahan Harga BBM, Bos Pertamina: Bukan Cuma Cari Untung

32 hari lalu

Dua Bulan Tahan Harga BBM, Bos Pertamina: Bukan Cuma Cari Untung

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan mengatakan Pertamina menahan harga BBM dengan mempertimbbangkan kondisi daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

BBM dan Listrik Tak Naik Sampai Juni 2024, Ekonom: Sudah Tepat, Banyak Faktor Perlu Dipertimbangkan

55 hari lalu

BBM dan Listrik Tak Naik Sampai Juni 2024, Ekonom: Sudah Tepat, Banyak Faktor Perlu Dipertimbangkan

Harga BBM dan listrik dipastikan tidak naik hingga Juni 2024. Ekonom menyebut langah tepat karena kenaikan minyak dunia baru dua persen.

Baca Selengkapnya

Harga BBM Dipastikan Tak Naik hingga Juni 2024, Ini Pernyataan Jokowi, Airlangga, Erick Thohir, hingga Pertamina

55 hari lalu

Harga BBM Dipastikan Tak Naik hingga Juni 2024, Ini Pernyataan Jokowi, Airlangga, Erick Thohir, hingga Pertamina

Pemerintah memastikan harga BBM bersubsidi ataupun nonsubsidi tak naik hingga Juni 2024. Apa sebabnya dan bagaimana konsekuensinya?

Baca Selengkapnya

Pertamina Tahan Harga BBM Nonsubsidi, Pemerintah Bantah Intervensi

1 Maret 2024

Pertamina Tahan Harga BBM Nonsubsidi, Pemerintah Bantah Intervensi

PT Pertamina (Persero) kembali menahan harga BBM (bahan bakar minyak) nonsubsidi bulan ini. Pemerintah membantah adanya intervensi ke BUMN tersebut.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sebut Tidak Ada Kenaikan BBM Subsidi dalam Waktu Dekat

5 Februari 2024

Airlangga Sebut Tidak Ada Kenaikan BBM Subsidi dalam Waktu Dekat

Anggaran subsidi BBM tertentu untuk tahun 2024 disepakati sebesar Rp 25,82 triliun dalam APBN.

Baca Selengkapnya

2 Faktor yang Buat Harga BBM Pertamina Tak Naik di Februari 2024

5 Februari 2024

2 Faktor yang Buat Harga BBM Pertamina Tak Naik di Februari 2024

Pengamat ekonomi energi Yayan Satyakti menilai ada dua faktor yang membuat harga BBM Pertamina bertahan di Februari 2024. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Harga BBM Non Subsidi Pertamina Tetap Meski Kompetitor Naik, Erick Thohir: Untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

3 Februari 2024

Harga BBM Non Subsidi Pertamina Tetap Meski Kompetitor Naik, Erick Thohir: Untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

Harga BBM nonsubsidi Pertamina tidak naik, meski minyak mentah dunia dan kurs per Februari 2024 naik. Erick Thohir menyebut untuk jaga daya beli.

Baca Selengkapnya