Raih Kota Batik Dunia, DIY Kudu Regenerasi Perajin  

Reporter

Rabu, 22 Oktober 2014 05:19 WIB

Ilustrasi batik. ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Yogyakarta - Meski Daerah Istimewa Yogyakarta mendapat anugerah sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC) pada 18 Oktober, regenerasi pembatik menjadi kendala. Mayoritas pembatik berusia tua, sedangkan yang masih muda tak banyak yang tertarik membatik.

Kondisi tersebut menjadi tantangan DIY untuk mempertahankan batik sebagai warisan dunia. “Selama kehidupan pembatik tidak semakin baik, yang muda tidak akan mau menjadi pembatik. Yang membatik yang tua-tua saja,” kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X saat ditemui di Kepatihan Yogyakarta, Selasa, 21 Oktober 2014. (Baca juga: Solo Diusulkan Jadi Kota Kreatif Dunia)

Salah satu solusi yang disampaikan Sultan adalah memberikan insentif kepada pembatik dengan menggunakan dana keistimewaan DIY. Dana tersebut diambil dari pos kebudayaan. Menurut Sultan, jika bantuan dana diambil lewat dana keistimewaan, tidak akan menjadi masalah.

Sultan berharap batik-batik yang sudah digarap pengrajin di desa-desa bisa terus tumbuh dan berkembang. Apalagi pengrajin batik berada di perkampungan dalam bentuk industri rumah tangga.

Sementara itu, pemberian penghargaan Kota Batik Dunia baru kali pertama dilakukan. Penghargaan tersebut diterima oleh perwakilan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dalam peringatan hari jadi ke-50 WCC di Dongyang, Korea Selatan. Sultan membenarkan bahwa DIY semula ikut mendaftarkan mewakili Indonesia dan telah ada tim WCC yang datang melakukan penilaian. DIY berhasil mengalahkan enam negara kontestan dari Asia-Pasifik.

“Karena, kan, banyak negara yang mempunyai kerajinan batik. Penghargaan itu sebagai penghormatan Indonesia sebagai negara asal batik,” kata Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun.

Tim penilai datang sekitar sebulan lalu. Mereka melakukan peninjauan di beberapa kampung batik, yaitu Kota Gede, Ngasem, dan Badran. Penilaian yang diberikan antara lain tentang peran pemerintah dan lembaga kerajinan dalam mengembangkan, memberikan bantuan dana dan pelatihan, serta pemasaran kepada pengrajin batik.

Hingga kini ada sekitar 80 pengrajin batik yang masih bertahan di Yogyakarta. Mereka juga melestarikan motif-motif batik kuno hingga sekarang. “Misalnya, motif kawung. Motif-motif tradisional itu dari Keraton,” kata Tri Kirana.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita lain:
Semalam, Jokowi Panggil 43 Calon Menteri
Ini Cara Mendeteksi Batu Akik Palsu
Jokowi Dilantik, Lurah Ini Malah Mengundurkan Diri





Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

7 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

9 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

12 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

37 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

39 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

56 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya