Seusai Geger MPR, Mega-SBY Kunci Stabilitas Politik
Editor
Bobby Chandra
Rabu, 8 Oktober 2014 17:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Konstelasi politik berubah menjelang pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berlangsung alot, Selasa malam hingga Rabu dinihari, 7-8 Oktober 2014. Gara-gara tidak masuk komposisi calon pimpinan MPR yang diusung koalisi Prabowo Subianto, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan akhirnya merapat ke koalisi presiden terpilih, Joko Widodo. (Baca: Tiga Taktik Koalisi Prabowo Rebut Pimpinan MPR)
“Proses yang telah kami jalani (di koalisi Prabowo) bertepuk sebelah tangan,” kata Muhammad Romahurmuziy, Sekretaris Jenderal PPP, di gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Sebelumnya, koalisi Prabowo menjanjikan kursi wakil ketua MPR kepada PPP karena partai tersebut tidak mendapatkan jatah kursi wakil ketua DPR saat pemilihan pimpinan pada 3 Oktober 2014. (Baca: Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi)
Sikap Fraksi PPP tersebut menambah langsung kekuatan kubu Jokowi di MPR. Berdasarkan jumlah kursi, setelah memperoleh dukungan dari Dewan Perwakilan Daerah, koalisi Jokowi kini menguasai 377 kursi di MPR. Sedangkan koalisi Prabowo menguasai 313 kursi. (Baca: Hashim: Koalisi Prabowo Akan Jadi Oposisi Aktif)
Jika koalisi ini berlanjut di DPR, koalisi Jokowi tinggal menggaet dukungan Demokrat, yang memiliki 61 kursi, sehingga menjadi 308 kursi. Jumlah ini mengungguli koalisi Prabowo, yang hanya menghimpun 252 kursi. Romahurmuziy memberi sinyal bahwa dukungan partainya juga bakal berlanjut di DPR. “Politik itu dinamis,” katanya.
Untuk menarik Demokrat, menurut Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri membuka pintu untuk bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Komitmen Mega itu diungkapkan saat memimpin pertemuan partai koalisi penyokong presiden terpilih Jokowi di kediamannya di Teuku Umar, Jakarta, Ahad lalu. (Baca juga yang lain: Heboh DPR Jegal Jokowi, Fahri: Jangan Paranoid!)
“Mega minta waktu pertemuan dengan SBY diatur lagi,” kata Surya Paloh di kantor partainya, Selasa. Surya juga hadir saat pertemuan di rumah Mega itu. Menurut Surya, Mega juga mengutus wakil presiden terpilih Jusuf Kalla untuk menemui Yudhoyono. (Baca: Investor Tunggu Sikap Politik Megawati)
<!--more-->
Selasa, 6 Oktober 2014, Kalla terbang ke Surabaya menemui Yudhoyono, yang tengah memimpin perayaan hari ulang tahun TNI. Bersama koalisi Prabowo, Demokrat menyorongkan kadernya, E.E. Mangindaan, sebagai Wakil Ketua MPR. Sedangkan koalisi Jokowi menyorongkan paket dengan Oesman Sapta Odang sebagai ketua MPR. “Untuk mencairkan ketegangan,” katanya.
Dari sepuluh partai yang kini menempatkan kadernya di parlemen, hanya Demokrat yang mengklaim netral dan tidak berpihak kepada dua kutub besar di Senayan, koalisi Prabowo dan Jokowi. Menguasai 61 kursi di DPR, posisi Demokrat lebih memudahkan Jokowi mengamankan kebijakannya di parlemen. Ditambah satu partai lagi, PPP, yang hengkang dari koalisi Prabowo, koalisi Jokowi bisa menguasai parlemen. (Baca: Rupiah Melemah, Jokowi Kritik DPR)
Sejumlah agenda strategis pemerintah Jokowi ke depan juga masih membutuhkan sokongan Demokrat. Menurut juru bicara Demokrat, Ruhut Sitompul, Yudhoyono mau bertemu dengan Mega dengan syarat Mega sendiri yang mengontak bosnya itu. “Hubungi saja melalui telepon, bisa melalui (jaringan) Istana atau Cikeas,” katanya. (Baca: PDIP Serang Balik Hashim Soal Jokowi)
Adapun dalam perebutan kursi pimpinan MPR, Rabu dinihari, 7 Oktober 2014, koalisi Prabowo sukses menaklukkan koalisi Jokowi. Koalisi Prabowo yang mengusulkan paket B ungggul 347 suara dari koalisi Jokowi yang hanya meraih 330 suara dari 677 suara sah dalam pemungutan suara yang berlangsung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. (Baca: Zulkifli Ketua MPR, Ada Teriakan: Terimakasih PPP)
Paket B yang didukung koalisi Prabowo memiliki komposisi Zulkifli Hasan dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai ketua. Wakil ketua adalah Mahyuddin dari Partai Golkar, Evert Erenst Mangindaan dari Partai Demokrat, Hidayat Nur Wahid dari Partai Keadilan Sejahtera, dan Oesman Sapta Odang dari Dewan Perwakilan Daerah. (Baca: Kalah di MPR, Koalisi Jokowi-Prabowo, 0-5)
Koalisi Jokowi mengusung paket A dengan komposisi Ketua MPR Oesman Sapta Odang dengan wakil ketua MPR adalah Achmad Basarah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Imam Nahrawi dari Partai Kebangkitan Bangsa, Patrice Rio Capella dari Partai NasDem, dan Hasrul Azwar dari Partai Persatuan Pembangunan.
IRA GUSLINA SUFA | NURIMAN JAYABUANA | ANTON APRIANTO
Berita lain:
Jokowi: Tak Ada Jatah Menteri Koalisi Merah Putih
Adian Napitupulu Yakin Dana Kampanye Balik Modal
Ricuh Unjuk Rasa, 21 Anggota FPI Tersangka
Kenali Enam Tanda Wanita yang Butuh Seks
Adian: Anggota DPR Terima Rp 90 Juta per Bulan