TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemugaran sebagian bangunan Keraton Ngayogyakarta dan Puro Pakualam dengan menggunakan dana keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta baru akan dilakukan pada 2015.
Hal ini disebabkan rencana penggarapan sejumlah proyek fisik termasuk kedua bangunan pada 2014 gagal terlaksana karena melewati batas waktu lelang dan penggunaan anggaran. (Baca: Ratusan Miliar Dana Keistimewaan DIY Mangkrak)
"Proyek fisik untuk puro itu penggantian tegel Bangsal Sewatama. Mungkin diganti marmer putih seperti yang di Gedung Agung ataupun Ndalem Mangkubumen," kata Penghageng Kawedanan Budhaya Puro Pakualam Kanjeng Pangeran Haryo Indrokusumo saat dihubungi Tempo, Ahad, 28 September.
Bangsal Sewatama adalah bangsal di Puro Pakualam yang dipergunakan untuk menerima tamu. Bangsal tersebut sempat dipugar pada 1867 karena gempa bumi. Bentuknya dibuat berbeda dengan bangunan bangsal saat ini. Tetapi soko gurunya tetap sama.
"Makanya bangunan bangsal yang sekarang itu modern," kata Indrokusumo. (Baca: Separuh Proyek Kebudayaan di Yogya Gagal Lelang)
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Gusti Bendara Pangeran Haryo Yudhaningrat menjelaskan lantai Bangsal Sewatama akan disamakan dengan lantai di Ndalem Mangkubumen.
Bangunan Ndalem Mangkubumen adalah bangunan transisi tempat tinggal putra mahkota sebelum diangkat menjadi Raja Keraton Ngayogyakarta.
Sedangkan bangunan Keraton Ngayogyakarta yang dipugar tahun depan meliputi Bangsal Kencana yaitu tempat menerima tamu-tamu kehormatan sekaligus tempat menggelar pernikahan putra-putri sultan.
Bangsal Proboyekso merupakan tempat menyimpan pusaka keraton. Kayu-kayu pada bangunan tersebut sudah rapuh dan hampir roboh. Selain itu juga dilakukan pengecatan pada bangunan-bangunan di keraton dan puro.
"Kami akan minta agar abdi dalem yang mempunyai keahlian khusus direkrut oleh pemenang tender," kata Yudhaningrat.
Pemugaran bangunan keraton dan puro tidak hanya memerlukan tenaga ahli di bidang bangunan cagar budaya. Keahlian lain yang dibutuhkan, misalnya, ukiran bangunan, yang keahliannya hanya dimiliki abdi dalem.
Yudhaningrat menjelaskan gagalnya proyek fisik pada tahun ini karena keterbatasan waktu penggunaan anggaran. Sedangkan proyek yang membutuhkan dana di atas Rp 200 juta harus dilelang. Proses lelang sendiri membutuhkan waktu tiga bulan.
"Lewat penunjukkan langsung juga enggak berani. Nanti menyalahi aturan," kata Yudhaningrat.
Akhirnya, tahun ini digunakan untuk perencanaan detail bangunan. Sedangkan eksekusi penggarapannya dilakukan tahun depan. Pada 2015, Dinas Kebudayaan DIY mendapat jatah dana keistimewaan Rp 425 miliar dari total dana yang turun yang diperkirakan senilai Rp 547,5 miliar dari Rp 1,02 triliun yang diusulkan Pemerintah DIY.
"Jadi tahun depan itu menyelesaikan proyek yang pada tahun ini belum selesai atau tidak berjalan," kata Yudhaningrat.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita Terpopuler
UU Pilkada, Netizen Minta SBY Stop Bersandiwara
Ngaku Kecewa, SBY Berat Tanda Tangani UU Pilkada
Tagar ShameOnYouSBY Turun, SBY Tetap Dirisak
PPP: Amarah SBY Melengkapi Skenario
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
10 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
14 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaKisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum
29 hari lalu
Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
50 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaNyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada
51 hari lalu
Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
54 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
58 hari lalu
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaSultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai
14 Februari 2024
Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaTahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?
9 Januari 2024
Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah
Baca Selengkapnya