Ada 1.333 Hot Spot di Sumsel, Sebagian Besar HTI

Reporter

Jumat, 19 September 2014 23:10 WIB

Masjid Agung An-nur Pekanbaru tampak diselumti asap pekat dari sisa kebakaran hutan dan lahan sejak sepekan terakhir di Riau, 18 September 2014. TEMPO/Riyan Nofitra

TEMPO.CO, Palembang - Area hutan dan lahan yang terbakar di Sumatera Selatan semakin meluas. Data yang diambil Walhi Sumsel dari satelit Terra dan Aqua dari Agustus hingga hari ini mencatat 1.333 hot spot (titik panas) di daerah. "Data sebaran hot spot akan terus bertambah kalau tidak ada langkah konkret pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hadi Jatmiko di kantornya, Jumat, 19 September 2014.

Sebanyak 169 titik panas di antaranya berada di area perusahaan perkebunan dan 531 titik lainnya masuk dalam kawasan hutan tanaman industri (HTI). Dari ratusan titik api itu, 417 di antaranya berada di lahan gambut wilayah konsesi sebuah perusahaan kertas. Menurut Hadi, perusahaan kertas itu kemungkinan besar melakukan pembukaan lahan dengan membakar. (Baca: Asap Riau Diduga Kiriman dari Sumatera Selatan)

Perusahaan itu menguasai sekitar 792,123 hektare atau sekitar 47 persen dari luas hutan produksi di Sumsel. Sedangkan Sumsel memiliki hutan produksi untuk HTI sebesar 1,7 juta hektare. “Jadi, ada ketimpangan dalam penguasaan hutan dan lahan antara warga dan perusahaan.”

Sementara itu, Kepala Divisi Kota dan Industri Walhi Sumsel Walhi Sumsel Norman Chegame mendesak pemerintah segera mencabut izin perusahaan pembakar lahan dan hutan. Desakan itu muncul setelah Walhi memperoleh data lapangan serta data satelit. Walhi menilai perusahaan itu tidak bisa merawat dan menjaga lahan konsesinya. “Hot spot itu banyak ditemukan di OKI (Ogan Komering Ilir) dan Banyuasin,” kata Norman. OKI dikenal sebagai daerah yang memiliki lahan hutan dan gambut yang luas di Sumsel.

Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Sigit Wibowo membenarkan titik panas sebagian besar ditemukan di OKI. Selain di daerah tersebut, titik panas banyak ditemukan di Banyuasin, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, dan Muara Enim. Dinas masih menginventarisasi dugaan pihak swasta membakar hutan secara sengaja. “Pembakar bisa jadi oleh perusahaan ataupun oleh warga, jangan gegabah menuduh,” tutur Sigit Wibowo.

PARLIZA HENDRAWAN

Terpopuler:
Jokowi Kaget Biaya Perjalanan Pemerintah Rp 30 T
Demokrat Merapat, JK Siapkan Kursi di Kabinet
Jadi Menteri Jokowi, Gerindra: Insya Allah, Kami Tolak
Ring Satu Jokowi Ramai-ramai Ajukan Nama Menteri

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

14 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

39 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

42 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

44 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

44 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

44 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

44 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

49 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

56 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya