TEMPO.CO, Jakarta - Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, memprediksi kekeringan yang terjadi di Jawa Timur tidak akan berlangsung lama. Berdasarkan Indeks Presipitasi Terstandarisasi (tingkat curah hujan yang turun) tiga bulanan, wilayah Jawa Timur baru mengalami musim kemarau di awal Agustus. (Baca: BPBD Kabupaten Malang Antisipasi Rawan Bencana)
"Akhir Juli itu masih ada hujan. Jadi, praktis baru masuk kemarau awal Agustus," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Rahmatullah Aji, saat dihubungi Tempo, Selasa, 2 September 2014.
Oleh karena itu, ancaman kekeringan diperkirakan lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah kering seperti Situbondo, Madura, dan Banyuwangi wilayah tenggara. Meski demikian, awan dan uap air masih terbentuk. Artinya, musim kemarau masih dalam batas normal dan hujan masih memungkinan terjadi secara sporadis.
Diakui Rahmatullah, musim hujan kemungkinan mengalami kemunduran. Apalagi akhir musim hujan tahun ini juga mundur dari Mei-Juni menjadi akhir Juli sehingga awal musim hujan berikutnya yang biasanya terjadi sekitar Oktober-November bisa juga mundur. Namun, Rahmatullah memperkirakan kemundurannya tidak terlalu panjang. "Paling mundurnya hanya 1-13 harian," ujarnya.
Bahkan, bisa dikatakan musim hujan tahun ini berlangsung lebih panjang daripada musim kemarau. Potensi El-Nino juga tidak terlalu berpengaruh di Jawa Timur lantaran intensitasnya yang tergolong lemah sehingga ancaman kekeringan masih dalam batas normal. (Baca: El Nino, Impor Beras Dicicil Sejak Tahun Ini)