Gandeng KPK, Polisi Bikin Unit Khusus Gratifikasi

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 19 Agustus 2014 11:45 WIB

Pengunjung melihat sebuah guitar yang menjadi barang gratifikasi yang dipamerkan di Istora Senayan, Jakarta, (10/12). Barang gratifikasi pejabat negara yang bermerek tersebut akan dilelang dengan murah oleh KPK. Tempo/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Indonesia membentuk unit khusus pengawas gratifikasi. Kepala Polri Jenderal Sutarman mengatakan unit baru ini berada di Divisi Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum). "Untuk sementara kami bentuk di pusat dulu. Nantinya kami akan minta kepolisian daerah membuat hal yang sama," ujar Sutarman pada Selasa, 19 Agustus 2014.

Pembentukan unit gratifikasi ini, menurut dia, dilandasi nota kesepakatan antara polisi dengan KPK perihal pengendalian gratifikasi. Kesepakatan diteken dua lembaga ini pada Selasa, 19 Agustus 2014. (Baca: Ahok Tolak Pemberian Infinite Card dari Mall)

Nantinya, unit khusus pengawas gratifikasi akan menyiapkan sistem pengawasan dan pelaporan gratifikasi dari internal polisi ke KPK. Polisi juga memberlakukan sistem pengawasan gratifikasi di daerah-daerah. (Baca: iPod Nurhadi Bakal Bersanding Dengan Gitar Jokowi)

Sutarman mengatakan masih banyak polisi di daerah yang belum mengetahui informasi tentang gratifikasi. Akibatnya, banyak petugas yang masih menerima pemberian di luar gaji pokoknya. "Penghapusan budaya seperti ini harus dilakukan dari internal polisi sendiri," kata Sutarman. (Baca: 3 Cara KPK Cegah Godaan Gratifikasi Pegawai Negeri)

Ketua KPK Abraham Samad mengapresiasi pembentukan unit khusus gratifikasi Polri. Abraham Samad menuturkan gratifikasi dalam bentuk apa pun dan berapa pun jumlahnya harus dilaporkan ke KPK. "Biar kami yang menentukan itu masuk gratifikasi atau bukan," ujarnya. "Kalau sudah 30 hari tidak dilaporkan, gratifikasi menjadi suap."

ROBBY IRFANY

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi


Berita terpopuler lainnya:
Mundur dari Pertamina, Karen Pindah ke Harvard
Tim Jokowi Tuding Saksi Tim Prabowo Ngarang
Mengapa ISIS Lebih Hebat dari Al-Qaeda?

Berita terkait

Pernah Bebas di Kasus Suap, Hakim Agung Gazalba Saleh Jalani Sidang Perdana Kasus Gratifikasi dan TPPU

3 jam lalu

Pernah Bebas di Kasus Suap, Hakim Agung Gazalba Saleh Jalani Sidang Perdana Kasus Gratifikasi dan TPPU

MA memvonis bebas hakim agung Gazalba Saleh di kasus suap. Kini ia menjalani sidang perdana di kasus gratifikasi dan pencucian uang.

Baca Selengkapnya

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

1 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

1 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

1 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

2 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

2 hari lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

3 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya