Video ajakan bergabung dengan ISIS Indonesia. youtube.com
TEMPO.CO , Solo - Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) menolak mengakui Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) sebagai sebuah Daulah Islamiyyah. Mereka juga menyebut bahwa isu tentang ISIS sengaja diembuskan di Indonesia untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.
"Belum lama ini kami berkesempatan berkunjung ke Suriah selama 12 hari," kata Amir Majelis Mujahidin Indonesia, Muhammad Tholib saat ditemui di Surakarta, Sabtu, 16 Agustus 2014. Dia mengaku baru tiba di Indonesia awal Agustus lalu. (Baca: ISIS Indonesia Tak Terafiliasi ISIS Suriah dan Irak)
Menurut Tholib, dia bersama tiga petinggi MMI berangkat ke Suriah dalam rangka misi kemanusiaan. Di negara tersebut, kata Tholib, dia juga memperoleh banyak informasi mengenai sepak terjang ISIS yang dipimpin Abu Bakr Al Baghdadiy. (Baca: Indonesia Bukan Negara Agama, SBY TolakISIS)
"Kami menganggap bahwa ISIS tidak layak untuk disebut Daulah Islamiyyah," kata Tholib. Alasannya, pengangkatan Al Baghdadiy sebagai khalifah tidak melalui musyawarah bersama dengan kelompok atau faksi yang ada di daerah konflik tersebut. Bahkan dia menyebut pengangkatan khalifah itu sebagai sebuah kesesatan.
Menurut dia, deklarasi ISIS justru memicu konflik antar-kaum muslimin. ISIS juga memaksa kelompok lain untuk berbaiat melalui berbagai cara. "Mereka mengkafirkan kelompok lain yang menolak untuk berbaiat," katanya.
Berikutnya, isu ISIS diklaim tak marak di Turki dan Malaysia... <!--more--> Selain ke Suriah, Tholib juga mengaku sempat singgah ke Turki dan Malaysia sebelum pulang ke Indonesia. "Di negara tersebut tidak ada orang yang membicarakan ISIS," katanya. Dia justru merasa heran isu ISIS justru berkembang dengan santer di Indonesia yang notabene jauh dari negara konflik tersebut. (Baca: Densus Tangkap Terduga Anggota ISIS di Surabaya)
Dia yakin ada pihak-pihak yang melakukan rekayasa agar isu ISIS berkembang di Indonesia. "Aksi dukungan terhadap ISIS juga bagian dari rekayasa tersebut," katanya. Hanya saja, Tholib mengaku belum bisa memastikan pihak mana yang berkepentingan dengan berkembangnya isu ISIS di Indonesia. (Baca juga: Alumni Tebu Ireng Tolak Dukungan ke ISIS)
Menurut Tholib, pihaknya telah berkirim surat ke sejumlah instansi pemerintah terkait berkembangnya isu mengenai ISIS di tanah air. "Pemerintah harus bertanggung jawab atas merebaknya isu ini," katanya. Pernyataan yang dikeluarkan oleh sejumlah pejabat, kata dia, justru menyisakan sejumlah persoalan dan berdampak negatif lantaran bersifat diskriminatif dan bisa menimbulkan phobia terhadap Islam.
Salah satu yang disoroti adalah adanya ajakan dari pejabat untuk membakar bendera ISIS yang berkibar. Menurut Tholib, simbol yang ada dalam bendera tersebut merupakan simbol milik seluruh umat muslim dan bukan identik dengan ISIS.