Pemerintah Ingatkan Bahaya Virus Ebola  

Reporter

Minggu, 10 Agustus 2014 10:16 WIB

Jenazah seorang pria yang diduga tewas karena virus Ebola tergeletak di jalanan di Monrovia, Liberia, 5 Agustus, 2014. Warga tidak berani menyentuhnya meski telah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak meninggalkan mayat korban Ebola di jalanan. AP/Abbas Dulleh

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama mengingatkan tentang bahaya virus ebola. Virus ini berpotensi mudah menyebar dengan angka kematian yang cukup tinggi. "Angka kematiannya berkisar 50 persen hingga 90 persen, bergantung pada faktor yang mempengaruhinya," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Ahad, 10 Agustus 2014. (Baca juga: WHO: Ebola Menyebar Terlalu Cepat)

Penularan virus ebola amat mudah. Di antaranya, melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi. “Penularan virus Ebola juga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati,” kata Tjandra. Hewan liar yang dia maksud yakni simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, dan kelelawar buah. (Baca juga: WHO: Vaksin Ebola Baru Akan Siap Tahun Depan)

Virus ebola memiliki masa inkubasi 2-21 hari. Gejala terkenanya penyakit ini cukup bervariasi dan sering muncul tiba-tiba. Tjandra menjelaskan, gejala awal seseorang terjangkit virus ebola kadang berupa demam tinggi hingga 38,8 derajat Celcius. Gejala lainnya mirip dengan penyakit malaria, demam tifus, disentri, influenza, dan beberapa infeksi bakteri lain. (Baca juga: Unair: Kemungkinan Penularan Ebola ke Indonesia Relatif Besar)

Gejala lebih serius ditandai dengan munculnya diare, kotoran berdarah atau berwarna gelap, muntah darah, mata merah, distensi, perdarahan arteriola sklerotik, petekia, ruam, dan purpura. Gejala lain bersidat sekunder termasuk hipotensi (tekanan darah rendah), hipovolemia, dan takikardia.

Jika terjadi perdarahan internal dan eksternal dalam tubuh pasien, menurut Tjandra, hal tersebut harus diperhatikan. Perdarahan dapat disebabkan oleh reaksi antara virus dan platelet yang memproduksi bahan kimia. “Ebola virus dapat mempengaruhi tingkat sel darah putih dan platelet sehingga mengganggu pembekuan darah,” ujarnya.

AISHA SHAIDRA

Berita Terpopuler

Ayah: Hamdan Zoelva Sering Terima Teror
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
UIN Jakarta Ungkap Kejahatan Seks ISIS
Berhemat, DKI Jakarta Tarik Semua Mobil Dinas
Bendera ISIS Berkibar di Samping Kantor Polisi
Ratusan Warga Bima Dibaiat Dukung ISIS

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

9 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

37 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

38 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

56 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya