anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas) membersihkan coretan cat semprot di tembok yang berada di kawasan Tipes, Solo. Coretan tersebut berisi dukungan terhadap Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). TEMPO/Ahmad Rafiq
TEMPO.CO,Jakarta - Kepolisian Resor Banyuwangi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan turun ke sekolah menengah atas untuk menangkal gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kepala Polres Banyuwangi Ajun Komisaris Besar Tri Bisono Sumiharjo mengatakan anggota kepolisian setempat akan turun serentak ke sekolah tingkat atas pada Senin pekan depan, 11 Agustus 2014. "Kami akan jadi pembina upacara di sekolah-sekolah," katanya kepada wartawan, Kamis, 7 Agustus 2014.
Dalam upacara itu, kata Tri Bisono, polisi akan melakukan sosialisasi tentang bahaya ISIS, sehingga pelajar tidak tergoda untuk bergabung. Menurut dia, polisi memang menyasar kalangan pelajar karena dinilai rawan terbujuk.
Hingga saat ini, Polres Banyuwangi belum menemukan warga daerah setempat yang bergabung dengan ISIS. Dia meminta masyarakat melapor bila menemukan ada pergerakan ISIS di daerahnya.
Sementara itu, kantor Kementerian Agama setempat bersama Majelis Ulama Indonesia dan empat organisasi keagamaan, yakni NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad dan LDII, bersepakat menolak ISIS. Mereka membacakan pernyataan sikap yang berisi tiga poin penolakan terhadap ISIS.
Ketua MUI Banyuwangi Muhammad Yamin mengatakan ISIS harus ditolak karena bertentangan dengan Pancasila, tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, dan mengancam keutuhan NKRI.
Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama Banyuwangi, Santoso, pihaknya akan mewajibkan sekitar 300 penyuluh agama dan imam masjid untuk menginformasikan bahaya ISIS. "Mereka bisa menyampaikan saat khotbah," kata Santoso.