Warga Solo bekerja bakti membersihkan mural bergambar bendera ISIS yang berada di kawasan Tipes. TEMPO/Ahmad Rafiq
TEMPO.CO,Jakarta - Peneliti pemetaan terorisme, Taufik Andrie, menilai ideologi yang dibawa Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tidak cocok diterapkan di Indonesia. "Hal yang mendasar karena penggunaan kekerasan dalam mencapai tujuan ideologinya. Indonesia yang terbiasa hidup dalam keadaan damai tentu tidak bisa menerima hal tersebut," kata Taufik kepada Tempo, Rabu, 6 Agustus 2014.
Menurut Taufik, ideologi ISIS juga bersifat sangat eksesif atau melampaui kebiasaan karena mewajibkan semua orang memeluk satu agama. Sedangkan Indonesia terdiri atas berbagai budaya, ras, dan agama. Jadi, ide ini tidak cocok berkembang di Indonesia. Sebab, sifat monolitik ini tidak memberikan ruang bagi ideologi lain, terutama agama, untuk berkembang dalam sistem pemerintahan tersebut.
Dukungan yang datang dari Indonesia memang belum besar, tapi sudah masuk ke tahap yang mengkhawatirkan. Karena itu, partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan. (Baca; Pendukung ISIS Bantah Isu Makar)
Sebelumnya, sebuah video berisi ajakan dari sekelompok warga Indonesia untuk bergabung ke ISIS beredar melalui situs YouTube. Dalam video berdurasi delapan menit berjudul "Join the Ranks" itu, seseorang yang menyebut dirinya Abu Muhammad al-Indonesi meminta warga Indonesia mendukung perjuangan ISIS untuk menjadi khilafah dunia.
Dukungan itu pun disambut oleh sebagian warga Indonesia yang setuju terhadap pendirian kekhilafahan di Irak dan Suriah. Ratusan orang di Solo berbaiat kepada ISIS beberapa waktu lalu. Dukungan serupa juga muncul di kota-kota lain di Indonesia.
"Ideologi ini sampai ke Indonesia melalui teknologi komunikasi. Jadi mereka baru dalam tahap mengajak atau meminta dukungan, belum mengunjungi Indonesia secara langsung," kata Taufik.