Seorang pengunjung melihat deretan Pekerja Seks Komersia (PSK) yang menutup wajah dengan masker di sebuah wisma di kawasan lokalisasi Gang Dolly, Surabaya (19/6). Sehari usai deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, tetap beroperasi dan memberikan layanan esek esek di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara ini. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Para pekerja seks komersial dan muncikari di Gang Dolly, Putat Jaya, Surabaya, Jawa Timur, mulai mengambil uang pesangon yang diberikan pemerintah. Seperti yang terlihat pada Jumat, 20 Juni 2014. Sejak pagi, ruangan di Markas Komando Rayon Militer Kecamatan Sawahan penuh dengan para PSK.
Sembari menutup wajah dengan masker, mereka mengantre mendaftar untuk mendapatkan buku tabungan. Setelah menunjukkan kartu tanda penduduk, mereka harus mengisi formulir berisi data lengkap. Saat didekati wartawan, mereka langsung bungkam dan menghindar.
"Banyak dari mereka yang masih takut untuk mengambil karena ada tekanan-tekanan," ujar seorang warga yang enggan menyebutkan namanya.
Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Surabaya Deddy Sosialisto mengatakan ada ada 65 PSK yang mengambil buku tabungan dari Bank Jatim pada Jumat, 20 Juni 2014. Rekening itulah yang nantinya menampung uang Rp 5.050.000 sebagai kompensasi meninggalkan wisma Dolly-Jarak.
Sebagian besar para PSK hanya bisa pasrah dengan rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup dua lokalisasi prostitusi tersebut. Mereka juga ingin berhenti sebagai PSK dan beralih profesi.
Apakah mereka serentak menutup wismanya dua hari terakhir? Ternyata tidak. Sejumlah wisma masih beroperasi, meski penutupan telah dideklarasikan resmi pada Rabu, 18 Juni 2014. Pantauan Tempo, pada Kamis malam, 19 Juni 2014, sejumlah wisma tetap beraktivitas seperti biasa.
Para PSK berjejer di sofa merah dengan pakaian minim. Mereka menunggu pelanggan yang ingin memuaskan nafsu syahwatnya. Penjagaan di lokasi juga dilakukan oleh Front Pekerja Lokalisasi.
Pemandangan sedikit berbeda terlihat di Jalan Kupang Gunung yang berada di kawasan Dolly. Wisma Barbara dan New Barbara, misalnya, sudah tidak lagi beroperasi. "Sudah tidak ada aktivitas. Katanya sudah tutup," ujar warga.