PBB Beri Rapor Merah Soal Toleransi di Indonesia  

Reporter

Rabu, 11 Juni 2014 08:36 WIB

Jemaat dari GKI Yasmin Bogor dan Gereja HKBP Filadelfia Tambun beribadah bersama di depan Istana Merdeka, Jakarta , Minggu (22/07). Aksi tersebut sebagai ungkapan protes atas tindakan diskriminasi pemerintah daerah masing-masing yang menyegel tempat ibadah mereka. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Pelapor khusus PBB tentang kebebasan berkumpul dan berorganisasi, Maina Kiai, menyampaikan keprihatinannya atas situasi hak berkumpul masyarakat minoritas di Indonesia yang seringkali tidak dijamin oleh negara. Maina Kiai menyatakan keprihatinannya tersebut saat membacakan laporannya di hadapan peserta Sidang Dewan HAM PBB sesi ke-26, Senin, 10 Juni 2014.

Ia kemudian menyinggung tentang diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas agama di Indonesia dalam menyuarakan hak mereka untuk berkumpul. “Di Indonesia, sebagai contoh, kelompok minoritas agama, seperti Ahmadiyah, Bahai, Kristen dan Syiah, menghadapi serangan fisik dari kelompok militan Islam yang sedikit sekali mendapatkan perhatian pemerintah”, kata Maina.

Pelapor khusus PBB ini juga mengungkap keprihatinannya tentang lemahnya penegakan hukum untuk melindungi hak setiap orang untuk berkumpul bagi kelompok agama minoritas. “Walaupun putusan Mahkamah Agung telah memberikan hak kepada GKI Taman Yasmin untuk membangun rumah ibadah di Bogor, Jawa Barat, pemerintah lokal menyegel bangunan tersebut pada tahun 2010. Sejak saat itu, para jemaat gereja dilarang untuk mendapatkan akses terhadap gereja mereka sendiri," tulis Maina dalam laporannya.

Komunitas Korban dan Pendamping Korban kepada wartawan, Selasa, 10 Juni 2014 menjelaskan laporan Maina berangkat dari sejumlah keprihatinan yang muncul dari proses di PBB sebelumnya dan belum mampu diselesaikan oleh negara secara komprehensif. "Untuk itu pula, korban dan pendamping korban mendesak pemerintah Indonesia agar lebih memperhatikan masalah tersebut dan memandang permasalahan ini sebagai suatu yang mendesak dalam membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dan manusiawi," ujar Komunitas itu dalam pernyataan persnya.

Muhamad Subhi dari the Wahid Institute, anggota Komunitas Korban dan Pendamping Korban, menjelaskan Indonesia selalu mendapat rapor merah di PBB. Rapor ini, ujarnya, sebagai cerminan akurat akan situasi nasional. "Syukurnya korban-korban di Indonesia tidak diam. Sayangnya, saat ini juga di pihak para penyelenggara negara ada yang mencoba membuat persoalan ancaman intoleransi di Indonesia ini sebagai persoalan Indonesia saja tanpa pantauan dunia internasional," ujar Subhi.

Selain itu, kata Subhi, pejabat negara banyak yang mempertanyakan advokasi internasional karena dianggap sebagai tindakan yang mempermalukan Indonesia. Korban dan para pendampingnya diperlakukan sebagai ancaman yang dapat mempermalukan bangsa. "Padahal, pelaporan ke dunia internasional terjadi karena ada kebuntuan di nasional, keengganan di tingkat nasional untuk sungguh-sungguh menyelesaikan ancaman intoleransi." (Baca:PGI Nilai Yudhoyono Melanggar Konstitusi)

Juru bicara GKI Yasmin Bona Sigalingging mengatakan pemerintah Indonesia tidak berniat menyelesaikan intoleransi. Yang ada hanya penyangkalan dengan cara mengecilkan persoalan. "SBY gagal total, tanpa kita tahu apakah SBY berniat menyelesaikan ini dalam sisa pemerintahannya," kata Bona. Bila SBY tetap diam, ia melanjutkan, maka yang dilakukan adalah transfer persoalan ke presiden berikutnya.

Adapun janji calon presiden Prabowo Subianto melalui adiknya, Hasyim Djojohadikusumo, di hadapan komunitas Kristen di Indonesia di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta beberapa waktu lalu, menurut Bona, level putusan Mahkamah Agung dan Ombudsman lebih tinggi daripada janji jualan dalam kampanye pemilu presiden.

"Putusan MA dan Ombudsman adalah perintah hukum bagi semua capres, bukan sesuatu yang dapat dikompetisikan bahwa bila capres A menang akan dibuka gereja GKI Yasmin, tapi kalau capres B menang maka GKI Yasmin tidak dibuka. Tidak seperti itu. Gereja GKI Yasmin harus dibuka sesuai hukum dan konstitusi siapa pun presiden masa depan Indonesia," kata Bona. (Baca:Ahmadiyah Tolak Manifesto Gerindra)

Direktur Eksekutif Human Rights Working Group Rafendi Djamin mengatakan dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Indonesia sudah empat kali dimasukkan dalam catatan buruk PBB terkait dengan perlindungan bagi kelompok minoritas. Pertama, saat Sidang Universal Periodic Review (UPR) pada tahun 2012. Kedua kalinya, dalam sidang review hak sipil politik 2012. Selanjutnya, sebulan lalu di Komite HAM PBB utk Hak Sosial dan Budaya. "Indonesia juga disoroti berapor merah dalam kaitan perlindungan minoritas." (Baca:Komnas HAM: Aliansi Tak Berhak Larang Ajaran Syiah).

Terakhir, di bulan Juni 2014, Indonesia diberi lagi rapor merah dari sudut penilaian hak atas kebebasan berkumpul secara damai dan berorganisasi, dimana dalam konteks ini pun Indonesia dianggap gagal oleh Dewan HAM PBB untuk melindungi kelompok minoritasnya. Terutama, sebagaimana disebutkan secara spesifik, kelompok Ahmadiyah, Syiah, Jemaat Gereja GKI Yasmin, dan Bahai. "Pemerintahan SBY gagal total di PBB dalam soal ini dan bahkan kini Indonesia dalam keadaan darurat nasional dalam kebebasan beragama yang mengancam demokrasi Indonesia," kata Rafendi.





MARIA RITA HASUGIAN

Berita lainnya:


Pemecatan Prabowo Tak Hanya Soal Penculikan
Satpol PP Malang Razia Pekerja Seks

Menhan Minta Panglima Usut Pembocor Dokumen DKP












Advertising
Advertising














Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

12 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

33 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

35 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

49 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

50 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya