Ribuan pekerja Plant Kunir PT HM Sampoerna di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang keluar dari pintu gerbang usai menerima pengumuman penutupan pabrik Sigaret Kretek Tangan (16/5). Plant Kunir resmi tidak produksi SKT hari ini. TEMPO/David Priyasidharta
TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Kelompok Kerja Penyelamatan Kretek Industri Hasil Tembakau Kamar Dagang Jawa Timur Dedy Suhajadi mengatakan perusahaan rokok sigaret kretek tangan (SKT) di Jawa Timur sebenarnya tidak ada masalah.
Dedy mengakui adanya penurunan minat dari para pengguna rokok SKT ke sigaret kretek mesin (SKM), terutama di perkotaan. Sedangkan di pedesaan serta pelosok Kalimantan dan Sumatera masih memakai rokok SKT dari Jawa Timur. "Beberapa produk ternama SKT tidak goyah," katanya.
Ia mencontohkan, dari sepuluh merek rokok, hanya dua pabrik di antaranya yang beralih ke SKM. Sedangkan sisanya masih mempertahankan rokok linting. Menurut Dedy, pangsa pasar rokok SKT masih sangat potensial. Penutupan dua pabrik rokok SKT di Jember dan Lumajang dipastikan Dedy tidak akan berpengaruh terhadap industri rokok nasional.
Penutupan SKT itu sendiri, kata Dedy, lebih disebabkan adanya penurunan kualitas dan pengurangan produktivitas. Kebijakan pemerintah dalam kenaikan bea dan cukai serta persaingan ekonomi antarpabrik SKT juga diyakini mempengaruhi produktivitas SKT. Namun hal itu tidak mempengaruhi industri SKT secara keseluruhan. "Ada 22 Mitra Pelintingan Sigaret di Jatim juga masih bertahan, tidak berpengaruh," katanya.
Dedy juga meminta agar pemerintah bisa lebih berpihak pada rokok SKT, karena merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Apalagi produksi rokok menyumbang 60 persen bea dan cukai masuk ke kas pemerintah. Angka itu belum termasuk empat pajak lainnya, seperti pajak penghasilan dan pajak pendapatan. Hanya 35 persen dari penghasilan rokok yang dikelola pabrik.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Rokok Surabaya Henry Najoan juga mengakui adanya penurunan pasar SKT sekitar 20 persen. "Pangsa pasar SKT secara nasional memang turun," katanya.
Hal itu murni karena beralihnya tren masyarakat dari rokok kretek ke filter dan mild. Meski demikian, kata Henry, pangsa pasar SKT masih sangat besar. Setidaknya delapan anggota Gapero di Surabaya masih bertahan sampai sekarang. (Baca: Konsumsi Rokok Kretek Terus Turun)