TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch Abdullah Dahlan menduga dana bantuan sosial diselewengkan dan digunakan untuk kepentingan pribadi serta partai politik. Indikasinya, anggaran dana bansos di kementerian yang menterinya menjadi calon anggota legislatif pada Pemilihan Umum 2014 melonjak tajam.
"Banyak kementerian yang dipimpin petinggi partai," kata Abdullah saat dihubungi, Selasa, 1 April 2014. Terdapat enam kementerian yang menterinya menjadi caleg, yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan Menteri Syariefuddin Hasan (Partai Demokrat) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga Roy Suryo (Demokrat).
Selain itu, ada pula Kementerian Kehutanan Zulkifli Hasan (PAN). Selanjutnya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar, Partai Kebangkitan Bangsa), Kementerian Pertanian (Suswono, Partai Keadilan Sejahtera), dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Helmy Faishal Zaini, PKB). (Baca: Modus Penyalahgunaan Duit Bansos Saat Pemilu).
Menurut kajian ICW, dana bansos pada seluruh kementerian dan lembaga sejak 2011 selalu naik drastis. Pada 2011 dianggarkan Rp 77 triliun, kemudian Rp 80 triliun (2012), dan Rp 82 triliun (2013). "Untuk 2014, dari anggaran semula Rp 55 triliun naik menjadi Rp 91 triliun," kata Abdullah. (Baca: SBY Minta Kementerian Hati-hati Cairkan Bansos).
Menurut Abdullah, indikasi kenaikan tak wajar itu terlihat dari mekanisme perubahan yang tak melalui perubahan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara. "Kenaikan hanya lewat Peraturan Presiden yang menurut kami terlalu dipaksakan," ujarnya. "Kenaikan ini janggal dan harus diwaspadai." (Baca pula: KPK Girang Istana Beri Sinyal Positif Awasi Bansos).
Dahlan menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan standar ganda ketika menginstruksikan seluruh kementerian dan lembaga agar berhati-hati dalam pencairan dana hibah dan bantuan sosial. "Presiden mengeluarkan Perpres kenaikan bansos dalam nuansa konflik kepentingan karena dia Ketua Dewan Pembina Demokrat. Apalagi dana bansos erat dengan partai penguasa," kata Abdullah.
MUHAMAD RIZKI
Berita terpopuler lainnya:
3 Insiden Ini Bikin Heboh Saat SBY Berkampanye
PPATK Kritik Cara KPK Tangani Adik Ratu Atut
Telat Ngantor, Jokowi: Pemimpin Kok Diabsen
Kata Ahok Soal Sumbangan Rp 60 M Prabowo di Pilgub
Berita terkait
Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru
5 hari lalu
Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, pertemuan Alexander Marwata dan Eko Darmanto dilakukan dalam rangka aduan masyarakat pada Maret 2023.
Baca SelengkapnyaICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor
15 hari lalu
Sebanyak 240 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin mendapat remisi Idul Fitri
Baca SelengkapnyaRemisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012
18 hari lalu
Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menilai remisi terhadap para koruptor lebih mudah setelah pencabutan PP 99 Tahun 2012 oleh Mahkamah Agung.
Baca SelengkapnyaReaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur
19 hari lalu
Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?
Baca SelengkapnyaAwal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman
22 hari lalu
tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?
Baca SelengkapnyaWacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?
23 hari lalu
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut adanya kemungkinan KPK dan Ombudsman akan digabung.
Baca SelengkapnyaKorupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu
24 hari lalu
ICW meminta Kejaksaan Agung tak hanya mengejar pelaku secara personal, tapi korporasi dalam kasus korupsi di kawasan IUP PT Timah.
Baca SelengkapnyaInformasi OTT KPK Sering Bocor, Alexander Marwata: Tidak Pernah Terungkap
24 hari lalu
Wakil Ketua KPK mengatakan, hanya orang-orang yang sial saja yang terkena OTT
Baca SelengkapnyaICW Ungkap Rencana KPK Hapus Bidang Penindakan dan Gabung Ombudsman Telah Dibahas di Bappenas
25 hari lalu
Peneliti ICW Kurni Ramadhana mengatakan rencana KPK bubar lalu gabung Ombudsman bukan isapan jempol, sudah dibahas di Bappenas.
Baca SelengkapnyaMantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi
29 hari lalu
ICW temukan 56 mantan napi korupsi ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif Pemilu 2024. Nurdin Halid dan Desy Yusandi lolos jadi anggota dewan
Baca Selengkapnya