Mayoritas Inkumben Langgar Etika Politik  

Reporter

Selasa, 25 Maret 2014 16:01 WIB

Papan reklame raksasa Roy Suryo selamati Pernikahan Putri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta (22/10). Tempo/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mayoritas inkumben dari presiden maupun anggota legislatif yang mencalonkan diri kembali dalam Pemilihan Umum 2014 dinilai melakukan pelanggaran etika politik.

Berbagai cara ditempuh tanpa harus bersinggungan dengan aturan kampanye. "Yang dilanggar itu etika politik. Sejak awal mereka merancang itu," kata sosiolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Arie Sudjito, kepada Tempo, Selasa, 25 Maret 2014.

Pelanggaran etika politik yang dimaksud di antaranya kehadiran inkumben dalam berbagai acara di daerah pemilihannya. Semisal acara yang berkaitan dengan jabatannya maupun mendompleng acara pejabat lain.

Begitu pula melakukan kampanye lebih awal dan memasang foto diri dalam baliho ukuran raksasa. Panitia Pengawas Pemilu susah menjeratnya karena tidak melanggar aturan. "Aturan kan mereka (inkumben) juga yang buat. Itu tidak pantas secara etika," kata Arie.

Untuk mencegah pemilih tidak dininabobokan janji dan pencitraan inkumben, kata Arie, yaitu dengan memperkuat pendidikan politik. Pemilih harus cerdas dan kritis dengan melihat rekam jejak inkumben. "Karena banyak orang sudah lupa kelakuan inkumben saat menjabat," kata Arie.

PITO AGUSTIN RUDIANA




Terpopuler:
MH370 Jatuh, Seluruh Awak dan Penumpang Tewas
Jatuhnya MH370 Diungkap Satelit Inggris
Pernyataan Lengkap PM Malaysia Soal MH370

Berita terkait

Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut

Baca Selengkapnya

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.

Baca Selengkapnya

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.

Baca Selengkapnya

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.

Baca Selengkapnya

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.

Baca Selengkapnya

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.

Baca Selengkapnya

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.

Baca Selengkapnya

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.

Baca Selengkapnya