Kekurangan Wali Kota Risma Versi Survei Unibraw  

Reporter

Minggu, 2 Maret 2014 18:31 WIB

Wali kota Surabaya, Tri Rismaharani berangkat ke kantor pukul 06.30 dan baru pulang pada pukul 01.00 atau pukul 02.00. Ia tidak pernah mengeluh dalam bekerja karena masih ada warganya yang lebih sengsara daripada dirinya. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Surabaya - Selama ini kinerja Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dinilai bagus oleh beberapa kalangan. Berbagai penghargaan nasional maupun internasional telah diterima Surabaya berkat prestasi Risma menata kota.


"Namun masih banyak masyarakat yang tidak puas dengan kinerja Risma," kata Kepala Laboratorium Ilmu Politik dan Rekayasa Kebijakan (Lapora) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Faza Dhora Nailufar saat menjelaskan hasil survei yang dilakukan timnya di Coffee Toffee, Minggu, 2 Maret 2014.

Berdasar hasil survei itu, memang secara umum, 57,3 persen dari 250 responden yang merupakan warga asli Surabaya, menganggap kinerja Risma sudah cukup baik. Namun ada responden yang menganggap masih ada beberapa bidang yang belum dikerjakan Risma secara maksimal. Diantaranya bidang kesehatan, administarasi, pendidikan, pariwisata, pemerintahan, tenaga kerja, dan infrastruktur.


Di bidang kesehatan, sebanyak tujuh persen responden menganggap kinerja Risma buruk karena pembagian kartu jaminan sosial masyarakat masih banyak kendala teknis. Selain itu biaya pengobatan cenderung mahal karena tidak ada standar dari Pemerintah Kota Surabaya.

Sebanyak delapan persen responden menyatakan kinerja Risma dalam bidang pendidikan buruk. Sebab masyarakat banyak menjumpai pungutan-pungutan liar oleh sekolah. Masyarakat mengeluhkan biaya sekolah menjadi lebih mahal karena adanya pungutan tersebut, meski sebenarnya Pemerintah Surabaya telah memberlakukan kebijakan sekolah gratis.

Tidak adanya standar biaya sekolah tersebut dianggap responden sebagai kegagalan Risma di bidang pendidikan. Akibatnya, biaya sekolah swasta menjadi sangat mahal dan hanya orang-orang kaya saja yang bisa menyekolahkan anaknya di situ. Selain itu, sistem rayon diangap membatasi masyarakat yang ingin bersekolah sesuai dengan keinginannya. Hal ini dipengaruhi oleh sistem wilayah sekolah asal.

Di bidang tenaga kerja, sebanyak 46 persen responden tidak puas atas kinerja Risma. Sebab tenaga kerja di Surabaya justru banyak yang berasal dari luar kota. Sehingga, tingkat pengangguran di kota tersebut masih cukup tinggi. "Masyarakat menilai tidak ada perubahan yang signifikan dari pemerintahan sebelumnya," kata Faza.

Di bidang administrasi, masih banyak responden yang mengaku kecewa atas pelayanan publik di lingkungan pemerintahan, seperti di kelurahan atau kecamatan. Kekecewaan tersebut ditunjukkan oleh responden sebanyak 14 persen. Sedangkan, di bidang pariwisata, sebanyak 13 persen mengaku tidak puas atas kinerja pemerintah kota. Pasalnya, tempat hiburan untuk anak-anak dinilai masih sangat kurang terfasilitasi.

Angka ketidakpuasan masyarakat di bidang infrastuktur juga cukup tinggi, yakni 32 persen. Alasannya, ada beberapa proyek infrastruktur yang dinilai kurang tepat sasaran. Misalnya pengerjaan gorong-gorong yang menyebabkan macet dan tidak dapat meminimalisir banjir. "Pengendalian banjir masih belum maksimal," ujar Faza.

Menurut dosen ilmu politik Universitas Brawijaya itu, penelitian yang dilakukannya ini tidak bermuatan kepentingan tertentu. Dia hanya ingin menyampaikan harapan warga kota Surabaya terhadap kepemimpinan Risma.

DEWI SUCI RAHAYU

Berita terkait

Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

5 jam lalu

Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

PDIP sebelumnya mengusulkan Menteri Sosial Tri Rismaharini hingga Menpan RB Abdullah Azwar Anas sebagai cagub Jakarta.

Baca Selengkapnya

Bantu Desain Ulang Kemasan, Upaya Kemensos Keluarkan Pelaku UMKM dari Kemiskinan

16 jam lalu

Bantu Desain Ulang Kemasan, Upaya Kemensos Keluarkan Pelaku UMKM dari Kemiskinan

Sebanyak 11 ribu orang telah keluar dari kemiskinan. Di bulan ini, ada sekitar 4.000 orang keluar dari kemiskinan

Baca Selengkapnya

Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

6 hari lalu

Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan enggan menanggapi pertanyaan wartawan apakah akan maju lagi pada Pemilikan Kepala Daerah DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Pengamat Klaim 3 Tokoh Ini Punya Modal Popularitas untuk Maju Pilkada Jakarta

7 hari lalu

Pengamat Klaim 3 Tokoh Ini Punya Modal Popularitas untuk Maju Pilkada Jakarta

Pengamat Politik Karyono menyebut ada tiga tokoh yang memiliki modal popularitas untuk maju Pilkada Jakarta. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Tri Rismaharini Menjanjikan untuk Maju Pilkada Jakarta

8 hari lalu

Pengamat Sebut Tri Rismaharini Menjanjikan untuk Maju Pilkada Jakarta

Menurut sejumlah pengamat politik, Menteri Sosial Tri Rismaharini memiliki nama besar di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Risma Dikabarkan Maju di Pilkada Jakarta, Begini Respons PDIP

10 hari lalu

Risma Dikabarkan Maju di Pilkada Jakarta, Begini Respons PDIP

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful merespons kabar jika Tri Rismaharini atau Risma maju di Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

PDIP Masih Menjaring Nama untuk Pilkada Jakarta 2024: Banyak Tokoh Potensial

11 hari lalu

PDIP Masih Menjaring Nama untuk Pilkada Jakarta 2024: Banyak Tokoh Potensial

Untuk Pilkada Jakarta 2024, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful mengatakan partainya saat ini masih menjaring nama.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris

13 hari lalu

Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris

Lebaran di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris tahun ini dihadiri sedikitnya 150 orang Diaspora dan Warga Bangsa yang kuliah maupun bekerja dan tinggal di sekitaran Perancis.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Blak-blakan Kritik 3 Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres: Mereka Hanya Baca Pidato Kenegaraan

13 hari lalu

Faisal Basri Blak-blakan Kritik 3 Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres: Mereka Hanya Baca Pidato Kenegaraan

Faisal Basri menanggapi kesaksian empat menteri Presiden Jokowi dalam sidang sengketa Pilpres 2024. Tiga di antaranya disebut hanya membaca pidato.

Baca Selengkapnya

Mensos Jelaskan Program Pena kepada Direktur OECD

13 hari lalu

Mensos Jelaskan Program Pena kepada Direktur OECD

Direktur OECD membuka peluang program Pena dapat menjadi contoh untuk negara anggota lainnya.

Baca Selengkapnya