Petugas Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta sedang mengamati keadaaan Merapi saat Gunung Kelud Meletus di kantornya di Yogyakarta, 14 Februari 2014. TEMPO| M Syaifullah
TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu media online yang mengabarkan Gunung Merapi erupsi beberapa menit usai Gunung Kelud meletus merupakan berita bohong atau hoax. Sebab, alat-alat pemantau aktivitas Merapi tidak merekam adanya peningkatan aktivitas apalagi erupsi. Bahkan closed circuit television CCTV yang terpasang di beberapa lokasi tidak terlihat adanya aktivitas erupsi.
"Berita di merdeka.com itu menyesatkan," kata Noer Cholik, analis aktivitas gunungapi di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta saat ditemui di ruang monitoring, Jumat dinihari, 14 Februari 2014.
Ia menyatakan, berita di situs internet yang berjudul "Gunung Kelud Meletus, Merapi Dikabarkan Juga Sempat Batuk" justru membahayakan warga. Sebab, semua informasi soal aktivitas Merapi harus dikonfirmasi ke BPPTKG.
Padahal, semua aktivitas Merapi termonitor di ruang monitoring kantor itu. Selain data kegempaan, secara visual juga terpantau melalui CCTV. Sehingga, jika ada aktivitas yang mengarah ke peningkatan aktivitas vulkanik bisa terpantau. "Juga jangan percaya dengan status di media sosial yang tidak terkonfirmasi dengan BPPTKG," kata dia.
Menurut Kepala BPPTKG Yogyakarta Subandriyo, saat ini kondisi Merapi landai dan masih normal. Tidak ada aktivitas kegempaan yang mengarah erupsi. "Statusnya masih normal, tidak terpengaruh oleh letusan Kelud," kata dia.