Koperasi Giribangun memproduksi kaos bergambar Soeharto (29/1). Kaos ini hanya ada di astana giribangun, tempat mantan presiden Indonesia tersebut dimakamkan. TEMPO/Ukky Primartanyo
TEMPO.CO, Karanganyar - Selain kaus mantan presiden Soeharto yang dibuat masyarakat, Koperasi Serba Usaha Giribangun juga memproduksi kaus Soeharto. Ada tiga kaus Soeharto produksi KSU Giribangun yang hanya dijual di Astana Giribangun.
"Pertama kaus berwarna dasar biru dengan sketsa Pak Harto dari samping," kata salah seorang karyawan KSU, Sarwanti, ketika ditemui di kios koperasi di Astana Giribangun, Rabu, 29 Januari 2014.
Pada kaus pertama, kepala Soeharto tampak menunduk dan tangan kanan memegang dahi. Di bawahnya ada tulisan "Tak tinggal kok malah rekoso" atau "Saya tinggal kok malah susah". (Baca: Kaus Soeharto Dibuat Astana Giribangun Sejak 2010)
Lalu kaus bergambar Pak Harto memakai kemeja biru sambil tersenyum. Ada tulisan "Ngulurug tanpa bala, Sugih ora nyimpen" atau "Menyerang tanpa pasukan, Kaya tanpa menyimpan harta" dan "Sekti tanpa maguru, Menang tanpa ngasorake" atau "Sakti tanpa berguru, Unggul tanpa mengalahkan".
Terakhir adalah kaus dengan warna dasar hitam dengan lambang Astana Giribangun di bagian tengah. Kedua kaus tersebut masing-masing dijual Rp 45 ribu. "Di tempat lain tidak ada. Hanya dijual di sini," katanya.
Kaus bergambar presiden Soeharto sempat menjadi perhatian khalayak beberapa waktu lalu. Sebab, di kaus tersebut tertulis pernyataan yang menyebut zaman pemerintahan Soeharto lebih baik dibanding saat ini. Gambar paling sering muncul adalah foto Soeharto setengah badan dengan wajah tersenyum lebar dan tangan kanan memberi salam. Di samping gambar tersebut diselipkan kata-kata berbahasa Jawa: "Piye Kabare? Jik Penak Jamanku to? (Bagaimana Kabarnya? Masih Enak Zamanku, kan?)"
Pada 23 Januari lalu, calon presiden dari Partai Golkar, Aburizal Bakrie, mengklaim munculnya kaus yang bergambar presiden Soeharto menandai keinginan masyarakat agar calon presiden dari Partai Golkar memenangi pemilihan presiden 2014. Meski begitu, Ical membantah kaus yang banyak beredar di pasar-pasar tradisional itu buatan kader partainya. (Baca: Aburizal Bangga Beredar Kaus Pak Harto)
Soeharto meninggal di Jakarta pada 27 Januari 2008. Jenazahnya dimakamkan di Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, sekitar 30 kilometer di timur Surakarta. Sebelumnya Siti Hartinah Soeharto atau Ibu Tien juga dimakamkan di tempat yang sama pada April 1996.
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
5 hari lalu
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.