Seorang warga membersihkan lumpur rumahnya setelah terendam banjir di Manado, Sulawesi Utara (16/1). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sulut menyatakan banjir telah menelan 15 korban, 6 di Manado , Tomohon 5 dan Minahasa 4 korban jiwa. ANTARA/Fiqman Sunandar
TEMPO.CO, Manado - Banjir bandang yang melanda kota Manado, Rabu, 15 Januari 2014, lalu masih menyisakan kecemasan juga harapan di hati Astrid Tinungki, warga Kelurahan Tumumpa 1 Lingkungan 4. Astrid masih terus menunggu kedatangan keponakannya, Olivia Vicariani Tinungki, 16 tahun, yang belum pulang rumah sejak banjir bandang tersebut.
Ketika ditemui Tempo usai melapor di kantor Pemerintah Kota Manado, mengatakan, saat banjir bandang terjadi keponakannya berada di sekolah. Olivia adalah siswa kelas II SMK Advent Klabat yang berada di Kelurahan Tikala Baru Kecamatan Tikala.
Menurut Astrid, sekitar pukul 09.00 WITA, keponakannya sempat menelepon dirinya. Kala itu ia mengatakan sudah disuruh pulang oleh gurunya karena air sudah mulai naik di jembatan dendengan (jembatan ini akhirnya putus) dan hujan terus turun.
"Saat dia menelepon katanya air sudah sampai di perutnya dan dia sudah ditinggalkan teman-temannya," kata Astrid dengan mimik muka sedih. "Terakhir sambungan dengan Olivia ya saat dia telepon itu dan sampai sekarang belum juga ada kabar dia dimana."
Sementara, Assisten II Pemerintah Kota Manado Henny Giroth menjelaskan jika dirinya telah menginstruksikan satuan polisi pamong praja dan juga dinas pendidikan untuk mencari keberadaan anak tersebut.
"Memang kalau mendengar cerita tante korban soal air yang telah sampai perut saat dia menelepon, kami sebenarnya sangsi juga," kata Giroth. "Tapi siapa tahu dia ada yang tolong dan handphonenya mati sehingga belum bisa dihubungi."
Dalam banjir bandang yang menerjang Kota Manado itu tercatat sudah ada 5 korban meninggal dunia.