Seorang wisatawan asing berjalan di antara sampah-sampah yang berserakan di Pantai Kuta, Bali (26/12). (TEMPO/Johannes P. Christo)
TEMPO.CO, Kuta - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan banyaknya sampah kiriman yang memenuhi sepanjang Pantai Kuta merupakan fenomena alam yang rutin terjadi setiap tahun. Rentang waktu serbuan sampah yang terdiri atas ranting dan batang pohon serta sampah plastik itu biasa terjadi Desember hingga Februari.
"Permasalahan ini bukan salah siapa-siapa, tetapi ini karena fenomena alam yang memang rutin terjadi," ucap mantan Kapolda Bali itu saat melakukan kegiatan bersih-bersih bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bali dan masyarakat Desa Adat Kuta di Kuta, Ahad, 29 Desember 2014. (Lihat FOTO: Ratusan Kubik Sampah Terdampar di Pantai Kuta)
Ia juga mengajak semua pihak, terutama hotel dan restoran yang ada di sepanjang pesisir pantai Kuta, untuk turut berpartisipasi dalam menangani sampah kiriman itu. "Semua pihak harus berpartisipasi, terutama pengusaha hotel maupun restoran sepanjang Pantai Kuta ini. Tolonglah bantu petugas kebersihan itu, jangan hanya mengambil untungnya saja, ambil juga buntungnya (sampahnya)," kata Mangku Pastika.
Setiap hari, sekitar 10 sampai 15 ton sampah mengotori pantai yang menjadi salah satu ikon pariwisata Pulau Dewata itu. Sedikitnya 5 loader dan 11 truk terus bersiaga menangani sampah yang berdatangan ke bibir pantai. Selain itu, pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung juga menyiagakan 36 personEl dari Unit Reaksi Cepat (URC) untuk menangani sampah yang menumpuk.
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
30 November 2022
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.