Melatih Pengangguran Jadi Tukang Kayu Profesional

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Selasa, 10 Desember 2013 02:50 WIB

TEMPO/Arie Basuki

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai pekan ini, merekrut puluhan pengangguran di wilayah Gunung Kidul untuk dilatih menjadi tukang kayu profesional. “Kami tergerak membuat program yang menyasar kalangan pasangan suami-istri pengangguran serta kalangan dropped out,” ujar Kepala Sekolah SMKN 2 Wonosari, Sangkin, Senin, 9 Desember 2013.

Program pendidikan tukang kayu ini merupakan respons atas minimnya minat terhadap pengelolaan potensi kayu di Gunung Kidul yang melimpah. “Kayu-kayu daerah malah banyak diolah di luar sehingga tak ada nilainya. Padahal tingkat kemiskinan warga Gunung Kidul saja tinggi,” kata dia. Selain itu, perusahaan mebel di Gunung Kidul juga mengeluh kekurangan tenaga kerja terampil. Materi pelatihan meliputi proses pengolahan kayu Jati, Mahoni, dan Sengon yang banyak terdapat di Gunung Kidul.

Sangkin menuturkan, pelatihan akan ditangani oleh guru dan didampingi oleh siswa jurusan bangunan. Pelatihan berlangsung dua hari dalam sepekan di bengkel milik sekolah, yakni pada Sabtu dan Ahad. “Agar tidak menggangu proses belajar-mengajar siswa,” ujarnya. Untuk angkatan pertama ini, ada 32 orang yang dilatih selama dua bulan sampai akhir Januari 2014. Dalam pelatihan itu, sekolah juga menggandeng perusahaan mebel di Gunung Kidul. “Harapannya para warga itu mampu menimba pengalaman dan rezeki di perusahaan profesional.”

Pelatihan selama dua bulan itu mendapatkan bantuan dana dari Kementerian Pendidikan sebesar Rp 85 juta. Biaya dipakai untuk kegiatan operasional sekaligus memberi modal berupa alat pertukangan dasar kepada semua peserta.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kehuatanan Gunung Kidul Bambang Wisnu mengakui selama ini potensi kayu Gunung Kidul yang produksinya mencapai 90 ribu meter kubik per tahun mayoritas hanya lari keluar tanpa diolah sehingga nilainya tidak meningkat. “Paling banter 25 persen dari kayu itu yang diolah di dalam, jadi seperti tak ada nilai manfaatnya,” kata dia. Pengusaha mebel Gunung Kidul justru mendatangkan tenaga ahli dari Kudus dan Jepara.

Kayu Jati dan Mahoni Gunung Kidul dipasok ke Sukoharjo, Klaten, Semarang, Kudus, dan Jepara. Luas hutan rakyat di Gunung Kidul mencapai 35 ribu hektare. “Kami harap langkah memperbanyak sumber daya yang bisa mengolah kayu memang memadai. Karena memprihatinkan ketika di sini sumber kayu tapi tak bisa menjadi sentra industrinya sekaligus,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

10 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

40 hari lalu

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

50 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

54 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital

59 hari lalu

2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital

Ribuan peserta itu terdiri dari siswa asal 52 SMAN maupun SMA swasta, serta remaja dari 10 lembaga non formal di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Rupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?

26 Februari 2024

Rupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah bisa bergerak ke arah Rp 15.500 per dolar AS pada pekan ini.

Baca Selengkapnya

Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

24 Februari 2024

Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

Wilayah Philadelphia di Amerika Serikat kini heboh karena disebut Kota 'Zombie', Kenapa?

Baca Selengkapnya

Generasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras

15 Februari 2024

Generasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras

Di tengah melemahnya perekonomian Cina, generasi muda di sana lebih senang rebahan dibandingkan bekerja keras.

Baca Selengkapnya